Serunya manasin mesin Suzuki GSX R 150 alias si 3C0 buat sungkem emak di Tuban

Serunya manasin mesin Suzuki GSX R 150 alias si 3C0 buat sungkem emak di Tuban. Catatan KHS bersama Suzuki GSX R150 punya KHS yang kuberi nama 3C0 (baca : Echo, Jawa). Gebernya ke Tuban sebenarnya pertengahan April 2018 kemarin namun baru sempat tulis pertengahan Mei 2018 ini….hehehe. Anggep saja postingan telat tapi masih hangat kok. KHS masih ingat hari Minggu lewat situ eh Selasanya dapat kabar kalau Jembatan Widang ambruk…#sad. Sekilas riding dengan GSX R150 buat keluar kota itu pegal tapi puas bahagia dengan performa yang sadis habis brosis…heheheSabtu malam, 13 April 2018 KHS ijin ke ibu negara buat solo riding nyambangin EMAK lan BAPAK alias sungkem ke Tuban. Selain karena sudah kangen, kebetulan STNK si 3CO juga sudah jadi sehingga sekalian inreyen brosis. Dengan memakai jaket Suzuki GSX R150 plus helm baru KYT Superfluo dengan warna hijau stabilo..hehehe. Berangkat dari Gresik jam 20.00 WIB dan nyampai di kampung Tuban sekitar jam 22.15 WIB. Lampu led punya si 3CO cukup terang menyinari jalanan Gresik – Tuban yang penuh dengan lubang-lubang dan gelombang. Rute berangkat yakni Gresik-Lamongan-Babat-Widang-Plumpang-Rengel dan Soko.

Berhubung sehari-hari menggunakan Milestone alias Bajaj Pulsar 180 ug 4 yang versi stang tegak maka KHS perlu adaptasi dengan stang racing yang membungkuk habis. Harap dipahami karakter Suzuki GSX R150 ini memang racing habis sehingga badang pasti membungkus dan lebih enak kayak posisi memeluk. Malam itu KHS tidak berani geber terlalu dalam…cukup 80 – 90 km/jam dengan gigi 3 brosis. Sampai kampung tertjinta langsung sungkem EMAK, ganti baju dan tidur karena punggung dan pergelangan pegal-pegal riding selama 2 jam itu mantemans…hehehe.

Sempat terjadi hujan ringan di sekitar Babat sehingga sedikit belepotan di sektor buritan meskipun spatbor standar lebar belum dilepas. Saya kira ini masalah yang pasti dialami oleh motor-motor sport yang full fairing yang nyiprat hingga keatas punggung. Ban standar sepertinya kerasa licin sehingga KHS tidak berani geber terlalu dalam hanya speed sekitar 50 km/jam saja mantemans.

Minggu, 14 April 2018 pagi yang cerah. Menghirup udara segar khas pedesaan dengan suara burung kicauan alami di pepohonan bambu belakang rumah. Pagi itu menyempatkan ngobrol dengan Bapak untuk menjelaskan tunggangan baru yang dianggap ‘aneh’ ini khususnya kok gak ada kuncinya…hehehe. Akhirnya KHS pun menjelaskan panjang kali lebar plus istilah keyless alias remote Suzuki GSX R150 ini.

Sore hari KHS balik lagi ke Gresik dengan rute yang sama. Kali ini KHS dapat mengeksplore lebih leluasa karakter Suzuki GSX R150 ini. Napas tak ada kata putus dan tenaga selalu tambah bila gas diputar baik tarikan atas maupun bawah. Gigi 4 KHS sempat menyentuh angka 120an km/jam dengan limiter yang sudah menjerit-jerit. Buat stop and go enak brosis. Namun ya itu karena karakter motor yang racing habis jadi dijamin pegal di punggung dan pergelangan tangan. Sesekali bisa diakali dengan geser posisi duduk atau sekalian merunduk untuk menikmati sensasi power dan torsi yang nggilani ini…hehehe.

Sebelum balik melewati Jembatan Widang – Babat, KHS menyempatkan diri untuk berfoto dan selfie tepatnya didekat Pondok Pesantren Langitan, Widang. Berbekal dengan tripod ini KHS pun berekpresi bersama si 3CO. Oia lupa, KHS sebelum balik cium tangan, cium pipi dan sungkem pada EMAK untuk minta doa restu agar lancar cari rejeki dan selamat sampai tujuan di Gresik. Oia jarak Gresik hingga kampung KHS sekitar 180 km PP brosis.

Sepanjang perjalanan Babat – Lamongan yang mempunyai trek lurus menggoda KHS untuk mengail lebih dalam namun selalu ingat keluarga akhirnya mengurungkan lagi…xixixi. Akhirnya mentok hanya menggunakan gigi 4 dengan speed sekitar 120an km/jam saja. Tarikan yang responsif dan lincah pada si 3CO ini membuat KHS geleng-geleng kepala dan hanya bergumam, “hasyemmm….wuih kok sadis bangets gini“…ahihihi. Impresi lain, untuk jok Suzuki GSX R150 menurut KHS cenderung keras dan begitu pula dengan shockbreaker belakang. Namun untuk jalanan dengan gelombang kecil cukuplah untuk meredamnya gans.

Di beberapa jalan arah Gresik, KHS sempat berhenti untuk sekedar mengambil gambar seperti di pintu selamat datang Lamongan serta berfoto ria di depan kantor Bupati Gresik sebelum melipir kerumah. Secara umum kalau riding lebih dari 2 jam maka bisa dipastikan punggung akan pegal plus pergelangan tangan karena tumpuan kedepan. Namun begitu tidak ada cacat terkait performa yang sadis habis. Terlebih ketika posisi memeluk seperti layaknya para pembalap di sirkuit. Keep safety brosis…

Maturnuwun

baca juga :

 

Comments

comments

Tentang setia1heri 5686 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

4 Comments

  1. Pak, Klao posisi tuas rem dan kopling agak digeser turun (kendorin baut trus didorong kedepan, jangan lupa dikencengin lagi) mungkin bisa ngurangi pegal di pergelangan pak.

  2. pegel tapi nikmat ya…sempet minjem punya bos turing dari jakarta ke puncak, wuih pegel sih tangan tapi nikmaaat…apalagi pas belok2 di puncak, joos…

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Review Helm KYT K2 Rider Super FLuo…busa empuk brosis – setia1heri.com
  2. Solusi muncul CHEC di dashboard Suzuki GSX R150 | setia1heri.com

Monggo dikomeng gans..