Pengalaman warganet naik mobil lewat jalur Cangar, Mojokerto: 1,5 jam penuh debar

Pengalaman warganet naik mobil lewat jalur Cangar, Mojokerto : 1,5 jam penuh debar. Siapapun tentu pernah mendengar jalur alternatif dari Mojokerto menuju Malang atau Batu. Ya namanya Cangar, sebuah daerah pegunungan dengan pemandangan eksostis namun juga agak mistis. Jalananan perpaduan antara kelokan tajam tanjakan maupun turunan dengan kiri kanan kadang jurang. Tidak sedikit cerita mobil atau motor mengalami rem blong, kampas kopling gosong serta kendala teknis lain yang berujung pada celaka. Berikut pengalaman warganet Indri Sudanawati Rozas ketika melewati Cangar pada tanggal 25 Desember 2017. Semua pengalaman ditulis pada laman facebooknya dengan begitu detail dan sungguh mendebarkan . Monggo disimak brosis..

Cangar: 1,5 jam penuh debar -_-

oleh : Indri Sudanawati Rozas

Harusnya saya kembali memejamkan mata, namun tak bisa. Ya sudahlah nulis, sekaligus membuat draft tulisan buat brosur yang saya “janjikan”. Sekalian menanti jam untuk membuat sahur suami, kalau saya paksakan tidur bisa jadi bablas nanti 🙁
Cangar. Buat anda bisa jadi nama wilayah ini tak asing. Saya pribadi beberapa kali dengar, tapi baru kemarin sore tahu daerah yang ternyata memang cukup terkenal.

Pemandangannya keren. Ah, saya tak perlu bahas ini, bisa jadi sudah banyak sekali ulasan bertebaran di blog kan. Saya ingin menceritakan sisi lain cangar yang bisa jadi belum pernah ditulis orang.

Jam 7 pagi kami berangkat dari surabaya menuju batu untuk mengantarkan rakha pesantren kilat, subhanallah… muacet cet. Sejak pasuruan. Kami baru bisa istirahat sebentar ketika belok ke arah kanan menuju batu. Sekitar jam 1. Sholat dhuhur, makan sebentar, lalu lanjut perjalanan. Suasana masih padat merayap. Kami baru masuk asrama rakha jam 3an. Telat. Banget. Karena harusnya registrasi dimulai pukul 09.30-11.30. Apa daya tapi kan. Kami datang saat mereka pengarahan, sekitar satu jam kami di sana. Lalu kami pulang saat rakha dan kawan2nya sesi game perkenalan di lapangan.

Wajah sendu rakha membuat saya tak tega. Sekalipun dia sendiri yang meminta ikut acara ini, tapi sepertinya dia melow juga saat menatap mobil kami meninggalkan parkir asramanya.

“Jam 4 dek, kita memutar ya, lewat cangar, gak sanggup kalau lewat jalur tadi, sampai surabaya jam berapa kita.” Kata suami.
“Mas tahu jalurnya?” Kata saya. Rada ragu sebenarnya. Karena sependengaran saya cangar jalurnya berlikuk tiada tara.
“Pernah sekali lewat sana sama teman2 kantor. Lagian ada map di mobil, ada juga googlemaps di hp.” Kata beliau.
“Ya sudahlah, bismillah, tapi keburu kan keluar cangar sebelum petang? Kebayang aja kejebak di hutan malam2 mas.” Jawab saya, masih masygul sebenarnya. Tapi membayangkan muacet luar biasa seperti berangkatnya tak sanggup juga rasanya 🙁

Kami pun memasuki wilayah cangar. Banyak muda mudi berhenti di jalan mengabadikan puncak gunung (saya tak tahu, arjuno kali ya) yang bermandikan cahaya senja. Tanpa kabut, tanpa awan menutupinya. Indaaaah sekali pemandangannya.
Raniya cereweeet luar biasa. “Pelan2 abi, nanti numplek kita.” Kami tertawa. Sepanjang jalan kami banyak bercanda.

GUNAKAN SELALU GIGI SATU!
Rambu2 itu entah berapa belas ada di sepanjang jalan. Saya lihat suami pasang gigi dua. Ah, kali gigi satu terlalu lambat, pikir saya.

WAJIB BERHENTI!

Begitu rambu berbunyi, sebuah rest area di arah turun dari cangar arah pacet yang cukup luas ramai terlihat. Sebagian makan bakso dll. Kami lanjut, kami pikir kenapa harus berhenti. Kami kan harus segera keluar dari jalur indah namun mendebarkan ini.
Beberapa mobil yang berpapasan dengan kami berhenti di bahu jalan yang sempit. Berasap. Kami bercanda, “untung mobil kita fit ya…” -_-

Sampai tiba2 di sebuah jalur, sebuah motor mengejar kami.
“Pak berhenti! Kampas rem. Asap!”

Suami panik. Injak rem. Mobil kami tak mau berhenti, masih melaju walau pelan. Lalu kami berhasil berhenti di kiri, namun karena kiri tebing, lalu oleh anak2 muda kami diminta parkir di bahu kanan. Mereka sigap mengambilkan dua batu untuk menahan mobil kami. Hanya satu meter saja antara aspal dan jurang. Wow. Dada saya berdegub kencang. Lalu saya dan suami keluar, saya menggendong rakhil, suami menggandeng raniya.

Saya masih tak paham apa yang terjadi, saya perhatikan anak2 muda ini pakai kaos seragam. Oh, iya kaos tim SAR.
Saya layangkan pandangan ke sekitar.

Di belakang kami, sekitar 20 meter berjejer fortuner dan ertiga. Sepertinya sama kayak kami kejadiannya. Di depan kami, sebelah kiri, ada rest area mini, hanya bisa menampung sekitar 7 mobil sepertinya.

“Matikan mesin, nyalakan lampu hazard, tunggu 30 menit, nanti cek rem, baru mulai berangkat. Ya Pak?” Sapa ramah salah seorang pemuda.

Saya lirik jam di tangan saya, waduh. 17.00. Setengah jam, berarti sebentar lagi petang.
Lalu kami ngobrol ala kadarnya dengan mereka. Dari obrolan itu saya tahu mereka anak2 mapala, yang sedang ditraining untuk SAR. Mereka juga yang beberapa minggu lalu ikut evakuasi mobil tercebur di rolak songo.

Fortuner belakang kami pergi. Si ibu mengulurkan uang saat salaman. Serempak mereka menolak. Eyel2an terjadi. Dan si ibu kalah.
“Kami tak ada yang mau nerima uang Bu, kami niat tulus membantu.” Kata si mas yang ada di depan saya.
Saya benar2 terkesima.
“Elf elf elf, minggir…” begitu perintah kawan2 mereka.
“Emang kenapa kalo elf mas?” Tanya saya.

“Mobil jenis itu yang paling banyak kecelakaan di sini Bu. Karena sebenernya kan memang mereka tak diperuntukkan untuk medan beginian. Remnya cepat panas. Mana muatan berat kan. Baru minggu lalu di atas sana (sambil nunjuk arah atas kami) kami mengevakuasi elf. Tangan sopirnya putus. Tus. Alhamdulillah tapi tak ada korban jiwa. Ngeri Bu.” Ceritanya.

“Awas2, itu pajeronya berasap!!!” Kata si mas. Lalu kawan2 si mas mengejar.
“Stop pak stop!” Kata mereka. Pajero pun ke rest area. Beberapa mobil mengalami hal yang sama. Rest area yang tadinya berisi satu mobil full juga akhirnya.
“Bapak sudah boleh meninggalkan sini, pelan2 tapi. Mari kita cek rem.” kata si mas.
“Gapapa mas kami tunggu sebentar lagi.” Kata suami. Rem depan memang masih hangat sekali saat saya raba.

Tiba2. “Blong blong blong…! Avanza putih. Awaaaaas…! Teriak dari atas. Mobil di belakang avanza putih menekan bel berkali2. Avanza meluncur di atas kami. Andai setir ke kanan akan menabrak kami semua . Saat itu saya hanya ingat rakha, kami harus menjemputnya jumat esok. Apa jadinya jika kami harus tinggal nama? -_-

Qadarullah setir avanza lurus, menabrak mobil bak terbuka pembawa sayur di depannya. Mobil bak terbuka meluncur, tapi masih bisa direm. Lalu avanza oleng ke kiri. Avanza naik tebing, berjalan miring. Semua teriak. Allahu akbar. Lalu avanza menabrak mobil2 di rest area. Terhenti di bawah sana. Padahal banyak orang berkerumun di sana. Teriakan2 tak bisa saya gambarkan seperti apa. Sejurus kemudian suasana kocar kacir.

“Stop2! Semua mobil di atas berhenti! Kecelakaan di sini!” Kata si mas via handy talky.
Alamdulillah akhirnya semua terkendali. Hanya ada korban luka dan mobil penyok2 saja kata masnya -_- saya dan suami tak berani ke sana, hanya menatap dari posisi kami keributan yang terjadi sekitar 100 meter dari kami.

“Alhamdulillah, masih aman itu Bu. Andai kejadian di bawah lagi, pasti habis mereka. Di bawah nanti ada dua tikungan tajam lagi. Kalau blong di sana, sepengalaman kami pasti meninggal.” Kata mas petugas, seragamnya beda. Pas saya tanya ternyata dia adalah perugas kecamatan. Memang tugasnya mengawal jalur maut ini. Dibantu mas2 SAR.

Suasana mencekam. Hari mulai gelap.
“Kapan hari ada, kayak ibu. Si istri lagi hamil. Takut gelap. Belum 10 menit istirahat si istri maksa berangkat. Ya sudah kami gak bisa maksa. Lalu beneran, mereka terjun ke jurang, pas di bawah kita ini. Baru aja jalan padahal.”

“Meninggal?” Kata saya.
“Alhamdulillah masih selamat, masih hidup, kami yang evakuasi, tapi ya entah kemudian gimana kabarnya pas di RS.” Jawab si mas. Saya tambah deg2an.
Tiba2 ada keributan lagi di atas kami. Salah satu isi ertiga ternyata kesurupan. Innalillahi… -_-
“Elf elf elf, berasap. Suruh berhenti!” Teriak atas. Lalu si mas mengejar. Si sopir elf menolak.

Masnya menyalakan HT, “monitor2, barusan elf berasap lewat, siap2 bawah, menyingkir!”
“Aku pergi, elf harus dipaksa berhenti!” Kata petugas kecamatan.” Petugas kecamatan pun menyalakan motor lalu mengejar elf. MasyaAllah. Saya hanya bisa terpana. Tugas mereka2 ini luar biasa.
“Mas harusnya pakai toa ya untuk memberi aba2…” kata suami.
“Iya ya pak, tapi kami gak ada. Ya kalau ada yang menyediakan alhamdulillah. Selama ini ya kami modal suara saja.” Jawab si mas.

Suasana mulai gelap.
“Sampai jam berapa di sini mas?” Tanya saya.
“Sampai sepi Bu. Lha long weekend gini. Ya entah.” Jawabnya.
Seorang SAR bagi2 kotak roti pada kawannya.

“Mas, harusnya ada brosur yang dibagi pas jelang cangar. Kan bisa jadi yang lewat sini kayak kami, gak tau teori. Pede aja mobil baik2 aja. Ternyata rem blong kan bukan masalah mobil jelek atau bukan. Tapi masalah panas atau nggak. Harus ada yang mengedukasi. Kami tadi gak paham kalau yang dimaksud wajib berhenti itu bukan masalah di rest area banyak yang jual makanan. Kami kira promo kayak di jalur pantura. Tapi ternyata urgent sekali rest area tadi, untuk memberi waktu rem adem dulu. Ya kami mana tahu…” kata saya.

“Ya siapa yang buat brosurnya Bu, modal darimana. Kami makan pas piket di sini pun swadaya…” jawab masnya senyum.
“Saya buatkan deh insyaAllah.” Jawab saya.
“Minta nomor masnya aja dek.” Kata suami.
“Gak usah Pak, Bu. Saya punya teman di UINSA. Namanya ikhya. Ibu titipkan ke ikhya saja kalau sudah jadi brosurnya. Kami tunggu ya Bu. Kami siap mendistribusikan brosurnya.”
“Nggih mas, siap.” Kata saya.

Lalu kami pun berpamitan. 18.30an. Satu jam setengah berdiri di tengah hutan. Satu setengah jam penuh pelajaran.
Semoga kisah ini bermanfaat untuk dibagikan. Khususnya yang hendak melewati cangar.

Surabaya, 25 Desember 2017


Warganet pun menanggapi postingan tersebut khususnya terkait dengan teknik pengereman. Tegar Heru Susilo membagikan tekniknya.”Ini jalur paling mengasyikkan… kuncinya adalah setiap tanjakan dan turunan selalu gigi 1 dan sesekali nge rem (rem lepas rem lepas). Engine brake juga belum tentu bisa cover turunannya. Mobil motor berlaku hal yg sama. ” ujarnya. Sementara M Gumberg Hudha juga menjelaskan hal serupa.”rem itu punya sirkulasi udara untuk buang panas tipe kampas rem jg mempengaruhi dalam ketahanan dan membuang panas. jika tajam turunan dan panjang gunakan engine brake system alias gigi satu. jangan menginjak pedal rem terus menerus Karena dia ada seal PD hidrolik bisa bocor…sebaiknya injak lepas injak lepas untuk yang tajam turunan.” tuturnya.

Sementara warganet lain justru merasa menikmati ketika melewati jalur cangar tersebut. Madesa Rinisaputri menjelaskan bahwa kuncinya tahu teori dan kondisi mobil dipastikan aman.”Disini banyak jalan yg spt itu in, malah pake plus rawan longsor. tp asyik sebenarnya kalau tau teori dan kondisi mobil aman. Krn daerah2 yg rawan spt itu pemandangannya bagus2. Ade awal2 dinas luar kota nyetir sendiri selalu diingatkan suami soal penggunaan gigi 1 dan dijelasin resiko spt pengalaman indri ini. Alhamdulillah baik2 aja ya in. Jangan kapok, kan buat melatih kemahiran nyetir.. hihihi..” terangnya. Sementara Arif Ceting justru suka nrabas lewat Cangar.”Jalur kesukaan istri sy ndri kalau ke batu.. Kebetulan.rumah kan di mojoagung jadi sering nrabas lewat sana. Kalau sekarang sdh enak.. Setahun yg lalu jalan masih sempit dan belum diperlebar ” ujarnya.

Bagi warganet lain yang tidak ingin terjebak macet di Malang sekaligus tidak berani lewat Cangar maka solusinya adalah menginap dahulu kemudian dimalam hari baru riding ke Surabaya.”Wah cerita yg mendebarkan bu, cerita itu sering saya dengar bu dan saya takut utk lewat situ sampai detik ini… Kalo macet parah yg terjadi mending saya nginap di malang bu.. Itu yg saya alami pagi2 buta baru pulang utk menghindari macet.. Dan syukurlah gak pernah terjebak macet parah di arah malang atau sebaliknya.. Sungguh menakutkan jalur cangar (terbaca cedalnya.. Sangar) ..semoga yg lain diberi keselamatan…” pungkas Abdi Dalem Winardi.

Diskusi postingan diatas juga merambah ke grup facebook Motuba yang mencoba memberikan komentar dan pengalaman ketika melewati daerah Cangat tersebut.

Herry Susanto

saya sih biasa lewat situ… kl saya perhatikan yang remnya berasap dan resiko blong adalah driver yang seneng injak rem.. saya amati kl saya pas wekend lewat sana kebanyakan yang berasap pasti yang lampu remnya nyala terus dr atas giliran di sendi rem sdh over panas… dan resiko blong… mereka juga enggan masukkan gigi satu, takut mesin gerung… apapun itu skill, kondisi kendaraan dan kesiagaan perlu di jalur itu khususnya musim liburan.. harus bisa mengira2 tiap potensi bahaya yang akan terjadi.. seperti mobil depan gk kuat nanjak.. mobil rem blong.. jalur sempit.. driver gk tahu etika di tanjakan, serta faktor bencana alam… longsor, pohon tumbang…

Tatang Cipto Widadi

Kalau menurut cucu yang paling berpengaruh itu skill driver, sering lewat jalur cangar mbah dari lalu lintas padat sampai lengang, pagi siang sampai tengah malam pun biasa lewat, alhamdulilah aman mbah,
Yang sering aku temui bnyak driver nggak pake engine brake pas turun(lampu rem nyala terus), lha pas naik bnyak yg telat oper gigi pas di tanjakan sendi(ini tanjakan panjang, kalau muatan harus gigi 1 dari bawah, sudhah ada peringatan), kalau ndak gitu manteng rpm terlalu tinggi, alhasil overheat
O iya cucu lewat cangar cuma pake vw kodok 1200cc (34 hp) kalau dibanding mobil2 baru ya jauh bngt hahhaahah
Tp Alhamdulilah selama ini lancar
O iya pastikan kondisi mobil fit mbah, terutama rem

Rama Nugraha

Salah satu jalur ekstrim mbah.. Agak trauma lewat sana.. Bawa avanza matic pas turunan, rem agak nyeplos gara2 panas.. Tp untunge gapapa.. Skrng jdi agak trauma turun2 di tanjakan pake matic..

Ahmad Sofiyyudin

Bukan cuma skill mbah. Kondisi lalu lintas pada hari libur sangat berpengaruh pada jumlah kendaraan yg rewel diatas. Posisi kendaraan sudah berjalan jarak yg cukup jauh saat sampai di lokasi kondisi mesin sudah mencapai suhu lumayan panas. Kepadatan yg terjadi diatas memaksa kendaraan utk jalan pelan saat simpangan di jalur sempit. (dulu di desa sendi, skrg agak lebar dikit). Rest area para relawan jg daerah situ.

Weekend pasti padat mbah, terlebih tahun baru. Dari arah pacet kesulitan naik ke atas & dr arah batu banyak yg turun menuju pacet. Sampai di tanjakan sendi (jalur sempit), lalu lintas kendaraan diatur dg buka tutup bergantian dr atas turun / bawah naik. Disitulah mbah skill terabaikan, maju gak bisa mundur susah, stop & go di tanjakan dg waktu yg gak bisa ditentukan, kendaran dipaksa berhenti ditanjakan sampai ada jalan buat lewat dr arah sebaliknya. Banyak yg overheat di jalur ini yg akhirnya jd korban mundur bahkan masuk jurang. Seringnya yg dibelakangnya ketiban duren 😑 kena apes kena cium bokong lelah mbah.

Saya org asli moker mbah, yg saya lihat masalah bkn soal skill & skill yg jd pemicu utama gagal selamat di jalur tsb. Tp karna kondisi yg memaksa mobil utk ‘lelah’. Sering mobil dr bawah lancar naik. Giliran diatas berhenti & mulai jalan lg mesin gak mau nanjak. Banyak relawam sigap kasih ganjel ban & bantu dorong. Skrg juga ada jasa derek & dibangun pos pantai polres mojokerto di rest area warung2 sendi. Di tikungan setelah kali kromong juga dulu dipasang jaring pasir & ban buat bantu motor2 matic yg los rem nya biar g sampek masuk jurang.

#cmiiw nggeh mbah….

Mas Mul

Typikal driver newbie, ngga pake engine break buat turun tapi ngerem terus. Buat manual turun gunung selalu pake engine break, sesekali ngerem bila bablas kecepatan nya.

Adi Nugroho

yang berat klo bawa sedan dgn persneling 1 tp panjang,gak bisa ngandelin persneling,musti pintar2 mainin rem,klo gk ya panas dan blong.
pernah jg bawa mio 9 tahun yll,rem cakram depan baru ganti imitasi,sekilas daya cengkramnya sih mirip2 saja dgn yg ori,baru pas dibuat turunan cangar,ketauan bedanya ori dan imi,yang imi gampang panas dan slong,ya,untung masih bisa ngendaliin,diparingi selamet sama yang diatas

Alhamdulillah selama ini KHS ketika lewat situ tidak ada kendala sampai saat ini. Kuncinya memang menghindari sedemikian mungkin megang atau nginjak rem terus menerus khususnya ketika turunan. Biarkan engine brake bekerja namun juga kita bantu dengan rem tapi tidak terus menerus. Overall, selain itu jangan lupa doa setelah semua dipastikan kendaraan baik-baik saja.

Maturnuwun

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5686 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

1 Trackback / Pingback

  1. Kecelakaan maut di jalur Cangar-Pacet, mobil Avanza ditumpangi sekeluarga masuk jurang – setia1heri.com

Monggo dikomeng gans..