Curcol kawan biker jakarta untuk Pak Gubernur Ahok terkait pembatasan akses sepeda motor [surat terbuka]

patung selamat datang jakartaIni salah satu curcol kawan biker di Jakarta yang lahir, hidup dan mencari sebongkah berlian atau sesuap nasi di Jakarta 😀 .  Curcol ini terkait wacana pembatasan akses sepeda motor yang lebih luas lagi selain jalan protokol (Bundaran HI-Medan Merdeka Barat). Yupz..sebagaimana diketahui bersama pemprov DKI sedang mewacanakan pelarangan atau pembatasan akses roda dua untuk beberapa ruas jalan arteri dan protokol di Jakarta. Kebijakan ini tentu menimbulkan pro dan kontra terutama kalangan penikmat roda dua yang mengutarakan keberatannya. Nah curcol kawans Muhammad Erlangga, S.Sos ini mungkin mewakili beberapa jeritan rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya diatas moda transportasi roda dua yang tentu akan mengalami kesulitan ketika wacana pelarangan itu benar-benar diterapkan.

Berikut status kawan biker yang KHS kopas dari postingan fesbuk hari selasa (6/1) siang : Cekidot :

YTH. Pak Ahok (Gub. DKI Jakarta)

Pak, saya pengguna motor untuk keseharian & menjalankan hobi saya yaitu menjelajahi keindahan alam Indonesia. Kebetulan saya lahir & tinggal di Jakarta, dan kebetulan juga saya menghabiskan hampir sebagian besar hidup saya di Jakarta, bahkan mencari rezeki dan sesuap nasi.

Pak, jujur selama ini saya pro dengan kebijakan-kebijakan yang sudah bapak berlakukan selama bapak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta karena saya melihat Jakarta memang butuh pemimpin yang tegas. Seperti contoh, Bapak menutup tempat-tempat prostitusi, dll, dll.

Jujur pula saya sangat senang punya gubernur yang tegas seperti Pak Ahok walau banyak orang mempermasalahkan (maaf) ras bapak yang masih keturunan Cina, tapi bagi saya itu tak masalah.

TAPI, sungguh amat disayangkan ada satu kebijakan bapak yang saya rasa kurang memihak rakyat kecil seperti saya, yaitu, pelarangan sepedah motor di jalan protokol (Bundaran HI-Medan Merdeka Barat). Oke lah, saya masih positif thinking mengenai kebijakan bapak dan masih berusaha mengesampingkan rasa “ketidak-adilan terhadap rakyat kecil” seperti saya.

Terlebih lagi saat saya mendengar kabar bahwa “hampir sebagian besar” jalan arteri & jalan protokol akan ditutup bagi motor (bahasa kerennya, percobaan pelarangan), saya sangat terkejut dan kecewa karena saya merasa ketidak-berpihakan bapak terhadap pengguna sepedah motor. Jikalau memang bapak melihat sepedah motor sebagai biang kemacetan & kecelakaan, kenapa tidak bapak naikan saja pajaknya sampai 400-500% agar orang enggan membeli & memiliki sepedah motor? Kan selain mengurangi jumlah sepedah motor dijalanan, pajak tahunan juga mengalir untuk pembangunan Jakarta. Selain itu pula, “mungkin” akan menekan angka polusi karena masyarakat malas menggunakan sepedah motor. Ibarat pepatah, melempar 2 burung dengan 1 batu.

Memang saya tidak menutup mata dengan banyaknya pelanggaran lalulintas oleh pemotor. Hampir disetiap lampu merah di perempatan nyaris 90% lebih pemotor berhenti melebihi garis marka berhenti. Banyak pula pemotor yang melawan arah dan membahayakan pengguna jalan lain. Pun tidak sedikit pemotor yang merampas hak pejalan kaki.

Tapi disamping itu semua, banyak juga pemotor seperti saya yang berusaha tidak melanggar peraturan lalu lintas dan berusaha taat aturan.

Cobalah bapak berlakukan pelarangan mobil sebagai pembanding dan bahan pertimbangan perihal kemacetan & kecelakaan di jalan protokol. Tidak usah sebulan, 2 minggu saja saya rasa cukup. Setelah itu baru bisa dibandingkan mana yang tingkat kemacetannya lebih parah.

Sekali lagi, saya harap bapak memikirkan ulang kebijakan bapak mengenai pelarangan sepedah motor yang akan bapak berlakukan dihampir sebagian besar jalan arteri & protokol.

*note: maaf bila status saya menyinggung banyak orang dan “terkesan menggurui”, karena ini hanya ungkapan pemikiran rakyat kecil seperti saya. Saya tidak berniat merasa paling pintar & benar karena seperti yang Kang Emil (Walikota Bandung) katakan: “Dah saya mah apa atuh..”

Semoga surat terbuka tadi bisa dijadikan bahan pertimbangan sebelum benar-benar menerapkan kebijakan pelarangan akses sepeda motor di ruas jalan protokol dan arteri. Semoga kebijakan nantinya yang diambil mengedepankan asas keadilan dan kemanfaatan bagi pengguna moda transportasi apapun. Dan yang lebih utama semua pengguna jalan bisa menikmati jalan-jalan di ibukota…

Maturnuwun

baca juga :

✌ diposting dari BlackBerry Z3tia1heri ^_^

Comments

comments

Tentang setia1heri 5683 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

27 Comments

  1. Ane setuju…
    Ato pak ahok bilang aja…
    Pemotor itu ga enak dilihat, sruntulan…. Keliatan kotor….
    Ga tertib, ga beradap….
    Betul itu…. Tapi jangan digeneralisasikan pak…..
    Pak Ahok….
    Anda tidak adil….
    Sama2 bayar pajak kok….

  2. saya kurang sepakat dan sependapat jika menaikkan pajak kendaraan dijadikan solusi untuk membatasi jumlah kendaraan roda dua di Jakarta, rasanya akan menimbulkan masalah baru yang juga tidak berpihak ke banyak pihak.

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. Petisi Digital : Tolak Pelarangan Roda Dua di Jakarta | setia1heri.com
  2. Ini evaluasi kawans jakarta terkait tujuan pembatasan motor di Bunderan Hotel Indonesia sampai Medan Merdeka Barat…Mari dukung Petisi Digital | setia1heri.com

Monggo dikomeng gans..