Lagi rame pada bahas fenomena jilboobs ya…mulai dari mbah bonsay, kang karis dan beberapa media online lain. Fenomena ini mengingatkan KHS akan skripsi ketika dahulu ngangsu kaweruh di Sosiologi Unair beberapa tahun silam. Skripsi dengan judul Kuasa Jilbab tersebut saat itu tahun 2008 dieditori…eh di bimbing oleh Drs. Eddy Hery P, Msi sekaligus dosen penguji bersama dengan Dr. Emy Susianti, Dra., MA dan ketua dosen penguji oleh Drs. Daniel T. Sparringa, MA., PhD. Skripsi ini mengggunan pisau analisis teori kritis dan mencoba membongkar jilbab ini. Karena halamannya cukup banyak maka lebih ringkasnya silahkan dibaca abstarksi nya saja ya :mrgreen:. Bukan bermaksud sombong, skripsi yang digarap 2 semeseter ini menghasilkan nilai A. Sempurna. 😆
Abstraksi
 Jilbab menjadi fenomena simbolik sarat makna di Indonesia. fenomena ini muncul seiring dengan kesuksesan Revolusi Islam (Syi’ah) Iran awal tahun 1980-an. Jilbab dianggap simbol kebangkitan Islam serta eksistensi identitas primordial ditengah pertarungan global. Jilbab pernah menjadi sebuah simbol resistensi ketika Orde baru represif terhadap golongan Islam. Walaupun disisi lain jilbab juga dianggap sebagai simbol busana kaum pinggiran, tradisional dan keterbelakangan intelektual.
Kian hari jilbab kian berwarna-warni. Jilbab tidak hanya representasi simbol kesopanan, ketawadhuan dan kwalitas kemuslimahan serta nilai-nilai adiluhung lainnya tetapi jilbab telah berkembang menjadi komoditas dan mode. Akibatnya muncul jilbab gaul, jilbab trendi dan jilbab modis yang memandang jilbab secara profan dan banal. Mereka berjilbab tetapi perilakunya tidak berbeda dengan mereka yang tidak berjilbab mulai dari ngeceng hingga tindakan amoralitas. Penelitian ini mencoba mempertanyakan bagaimana busana muslimah (jilbab) menjadi popular di Indonesia?, bagaimana Barthes memandang beragamnya simbol jilbab yang ada ? serta apakah perkembangan mode jilbab mengarahkan pada desakralisasi jilbab?.
Penelitian kwalitatif ini menggunakan metode analisis semiotika konotasi Roland Barthes sebagai pisau analisis serta sebagian kecil dengan teori kritis Herbert Marcuse. Pengumpulan data primer dilakukan secara indepth interview dengan beberapa informan sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur, buku, artikel dan jurnal.
Berdasarkan penelitian, jilbab memang fenomena sarat makna yang berujung pada kuasa. Jilbab, sehelai kain diatas kepala ini bisa berperan ideologis serta instrumentalis. Jilbab mempunyai beragam makna tergantung penafsiran individu, sosial dan kultural. Pembacaan Barthes menghasilkan dua mitos jilbab yakni jilbab ideologis sebagai simbol kesopanan sekaligus perlawanan. Sedangkan, jilbab instrumentalis menunjukkan mitos kebebasan dan kemodernan. Marcuse memandang Jilbab instrumentalis sebagai bentuk totalitarianisme yang dilakukan kapitalisme dengan rayuan budaya massanya. Persoalan jillbab merupakan persoalan yang tidak sederhana sebagaimana tidak sesederhananya pula makna dan istilah tersebut.
Keyword : jilbab, resistensi, komoditas, jilbab instrumentalis dan jilbab ideologis.
Demikian mantemans mengenai “Kuasa Jilbab” ini. KHS lagi mencari-cari file powerpoint ketika sidang skripsi tetapi belum ketemu hiks 🙂
Klik untuk mengakses gdlhub-gdl-s1-2008-setiawanhe-9405-fiss47-k.pdf
Maturnuwun
baca juga :
- Tradisi unik habis beli mobil baru ini bikin gaduh warganet, coba tengok gans…hehehe
- Motor atau mobil baru dimandikan air kembang, tanya kenapa?
- Anak bernama Pajero Sport, ini kata orang tuanya
- Keajaiban Istighfar
- Berdo’a itu mesti jelas, jangan sampai sesal kemudian…hehehe
- Adzan Cengkok Jawa
- KHS mengucapkan selamat menunaikan Ibadah Ramadhan 1435 H
- Emang masalah buat elo ???
- Bersyukur atas segala kecukupan yang diberikan oleh-Nya
- Orang super kaya (dunia-akherat)
manteb kang. jauh sebelum dibahas, eh ternyata sudah dikupas sama khs (y)
itoe betoel adanja 😀
Manteb skripsinya jadi tahu sejarah jilbab
http://bikeaddict14.wordpress.com/2014/08/08/membayangkan-bentuk-dimensi-honda-vario-150/
itoe betoel adanja 😀
rame… 😀
http://cicakkreatip.com/2014/08/08/kata-yamaha-motor-baru-yamaha-kali-ini-pasti-bikin-heboh-lagi/
yupz..itoe betoel adanja
Jilboobs…. saya suka saya suka…. 😆
klik like dunk 😆
24:31
33:59
7:27
mantep banget
wah angka apa itu gan 🙄
(^.^)> . . . kode kerajaan langit dan bumi bos.. hehehe
wah…gitu ya
Wahhh…
—–
http://nyobamoto.com/2014/08/08/motogp-indianapolis_aspal-baru-semua-pebalap-meraba-raba-honda-target-finish-1-2/
Wihhh
Wow… Akoe baroe tahoe mas 😀 thanks ya…
http://warungasep.wordpress.com/2014/08/08/ternyata-mereka-lebih-memilih-gambar-anak-kecil-dari-pada-gambar-belahan-dada/
siips…
Mantappp kang….
http://motohits.wordpress.com/2014/08/09/free-practice-2-motogp-indianapolis-2014-giliran-marquez-yang-ngacir/
itoe betoel adanja
nice info. #walopun bacanya sambil mengerutkan dahi, xixixi
Boekan bahasa mainstream :lol;
we
stop JIL , bob Marley boleh lah ..
http://masshar2000.com/2014/08/08/penampakan-pocong-di-boyolali-bikin-heboh/
Jilbab itu bukan urusan Tuhan atau masalah ketaatan sama sekali, melainkan sebuah alat untuk mengontrol dan menundukkan kaum perempuan secara masal dan masif dan ujungnya merupakan alat yang berguna utk menundukkan sebanyak mungkin populasi manusia di bawah satu keragaman budaya saja (dalam hal ini model busana) dan lebih ke ujung lagi, menundukkan semua manusia di bawah satu pola pikir/ideologi.
Keragaman yg ada pada ras manusia dan yg merupakan sunatullah itu akan lenyap kalau jilbab & pemikiran yg ada di belakangnya dipaksakan ke semua. Hanya tuhan yg schizophrenic yg memerintahkan manusia utk seragam setelah mengatakan bahwa keragaman itu merupakan sunnahnya.
Perempuan yg diajari bahwa tidak pakai jilbab itu tidak berdosa, bahkan sama baiknya dg yg pakai jilbab tidak akan memilih berjilbab. Jilbab itu sungguh sebuah konstruksi, bukan sesuatu yg alami dan tidak selalu sesuai dengan kondisi alam. Jilbab juga tidak bisa disejajarkan dg pakaian wanita biasa lainnya karena ideologi yg ada di belakang jilbab ini mengatakan bahwa jilbab itu lebih bagus dari model busana apapun, jilbab itu pakaian yg disukai Tuhan dan sebagainya.
Lebih parahnya lagi jika jilbab diatributkan sebagai perangkat perlindungan kaum hawa dari potensi seksual kaum adam yang tidak terkendali dan di lain pihak tak ada ketegasan untuk kaum lelaki buat mengontrol mata dan syahwatnya semasif instruksi penjilbaban wanita yang tidak jarang gagal memenuhi tujuan absurd tersebut.
Ada banyak dan prosedur dan konsekuensi bagi wanita ketika memilih berjilbab. Jilbab dikaitkan dengan dosa dan takwa hukuman dan pahala serta surga dan neraka. Tidak ada busana lain yg dimuati ideologi seberat ini bukan? Maka, jilbab akhirnya juga tidak bisa dimasukkan sebagai bagian kampanye kebebasan berpakaian utk wanita.
Sekali perempuan berjilbab, maka mereka tidak akan bisa memilih utk melepaskannya kembali dg mudah. Jilbab bukan jenis pakaian yg bisa dg bebas dilepas pasang oleh pemakainya. Ibarat mengenakan rantai yg kuncinya harus dibuang sesudahnya. Jadi, bagi yang menggunakan akal sehatnya akan mengerti kalau jilbab itu belenggu, sampai dia dilepaskan dari ideologinya.
Inilah bedanya jilbab dengan pakaian lain. Mengampanyekan kebebasan untuk memilih berjilbab notabene sama saja dengan mengkampanyekan perempuan utk boleh memilih membelenggu dirinya sendiri.
Ya, tentu saja orang boleh memilih membelenggu dirinya sendiri selama dia sadar apa yg dilakukannya dan bukan karena dia dimanipulasi ajaran yg mengatakan itu perintah Tuhan. Istilah kebebasan memilih pakaian itu baru tepat kalau ia boleh dilepas pasang semaunya serta tidak dicantolkan pada Tuhan, dan semua (kebanyakan) pakaian memang begini, kecuali jilbab. Jilbab itu bukan sekedar pakaian. Jilbab bukan sekedar selembar kain. Jilbab adalah ideologi.
Yupz…makna jilbab tidak sesederhana sebagaimana bentuknya sendiri