Kearifan lokal dalam penegakan tertib berkendara [kasus helm]

kearifan lokal penegakan helm di IndonesiaBerbicara penggunaan helm dewasa ini sepertinya sudah tinggi kesadaran masyarakat akan keselamatan berkendara. Hal ini terbukti dijalanan sebagian besar pengendara roda 2 sudah menggunakan helm meskipun tidak dipungkiri ada beberapa yang masih ngeyel alias tidak taat aturan. Nah berkenaan dengan penggunaan helm di masyarakat ini bagaimana seandainya menggunakan pendekatan kearifan lokal dengan tetap mengindahkan peraturan keselamatan berkendara.  Beberapa waktu lalu sempat ramai seorang santri atau kyai pengendara motor yang ngeyel ketika akan mau ditilang bahkan menuding-nuding aparat yang akan menilangnya karena tidak memakai helm. Nah kira-kira bagaimana kalau mengedepankan kearifan lokal?

Kasus diatas secara hukum positif tentu melakukan pelanggaran yang jelas berkenaan dengan penggunaan helm. Namun alangkah bijak bila didahului dengan pendekatan kearifan lokal. Misalnya sang polisi tidak menilang secara langsung tetapi memberikan edukasi bagi masyarakat yang secara pemikiran mungkin belum sadar akan keselamatan berkendara di jalan raya. Dalam hal ini sang kyai atau santri tadi sepertinya mengggunakan peci atau kopyah sebagai simbol keagamaan. “Mohon maaf bapak untuk berkendara di jalan raya semestinya peci atau kopyah dilengkapi dengan helm juga“mungkin bisa seperti itu. “Untuk sementara tidak saya tilang namun dikemudian hari dispensasi ini tidak berlaku lagi lho ya… “ tambahnya dengan diiringi senyuman manis :mrgreen: .  Kearifan lokal ini berlaku bila di daerah tersebut terdapat banyak pondok pesantren-nya lho ya….Atau bila sang santri masih ngeyel memakai peci ketika berkendara maka perlu direkomendasikan helm yang berbentuk modi peci…xixixix :mrgreen: helm bentuk peci atau kopyah

Beberapa informasi yang KHS dapatkan mengenai Kearifan lokal dalam penggunaan helm ini terjadi di Jogja dan Bali. Para abdi dalem keraton Jogja yang naik motor dengan memakai blankon saja maka tidak akan di tilang bahkan kalau lagi ada operasi pasti dipersilahkan untuk melewatinya. Begitupun pula di Bali, masyarakat yang sedang memakai baju adat dan udeng (ikat kepala untuk laki-laki) maka juga tidak akan ditilang meskipun tidak memakai helm. Nah saya rasa hal tersebut merupakan penerapan kearifan lokal dalam penegakan pemakaian helm di masyarakat.

Nah kira-kira menurut mantemans bagaimana pendapatnya mengenai kearifan lokal dalam kasus helm ini? Monggo sharing dan diskusi.

Maturnuwun

baca juga :

 

 

Comments

comments

Tentang setia1heri 5684 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

11 Comments

  1. dan dikala para abdi dalam ngegelosor, dan kepalanya beradu dengan aspal, barulah berasa betapa pentingnya helm dalam melindungi kepala.
    saya sudah merasakan akibatnya…, untungnya tidak fatal…,

  2. Kira-kira ngeyelnya gini gan :
    Kyai : Peci saya lebih kuat daripada helm anda pak!!
    Polisi : Kok bisa? Coba buktikan!!
    Kyai : (ambil helm polisi kemudian dibanting) Braakk!!! Tuhkan helm bapak pecah..!!
    (kemudian kyai mengambil pecinya dan membantingnya berkali-kali) Lihat peci
    saya, masih utuh kan walaupun dibanting berkali-kali …!!!
    Polisi : ????###!!!!

  3. saya juga pernah di bali, pas jumatan pake motor di jalan, cuman bawa sajadah, ga bawa helm, ga bawa STNK.. aman2 aja.. kata temen, ketika waktu jum’atan (jam 11-13) sajadah lebih sakti dari daripada helm & STNk katanya.. hahaha…

Monggo dikomeng gans..