Beberapa pertimbangan lain ikut BPJS atau tidak…

sisi lain BPJS copySebuah analisa seorang dokter yang ada di Surabaya mengenai ikut atau enggak program BPJS ini. Analisa ini bisa jadikan bahan pertimbangan sekaligus wawasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari program BPJS bila dibandingkan dengan bentuk asuransi yang lain yang ada di Indonesia. lebih lengkapnya silahkan baca dari Surat Pembaca berikut ini : 😀
Pertimbangan Memilih BPJS
Setelah hitungan sekian hari berjalan, akhirnya sedikit demi sedikit mulai bisa memahami dan sedikit menganalisa tentang BPJS dan mudah-mudahan bisa membantu masyarakat awam untuk memutuskan memilih ikut BPJS atau asuransi yang lain.
1. Iuran BPJS dikatakan murah. Memang iya,cukup murah. Tapi sebenarnya, kalau masyarakat pintar ada beberapa provider asuransi yang bila keikutsertaan kolektif dengan harga yang juga sama terjangkaunya dengan BPJS.
2. Peserta BPJS, kalau sakit harus ke Puskesmas atau PPK 1 dulu. Berharap langsung ke RS pilihan, tidak bisa. Apalagi bila berharap langsung bisa ketemu dengan dokter spesialis langganan di RS tersebut. Tunggu dulu, sampai Puskesmas merasa tidak mampu menangani dan ikhlas melepas pasien ini. Dari sini harus ke RS tipe C atau tipe B dulu. Kenapa saya bilang menunggu ikhlas melepas? Karena, sudah ada instruksi bahwa mekanisme rujukan diperketat. Tidak boleh gampang merujuk supaya anggaran BPJS tidak jebol. Kalau sedikit-sedikit merujuk, pasti ditegur. Jadi, meskipun tidak puas dengan pelayanan Puskesmas atau PPK1, nggak boleh nggerundel ya. Karena memang aturannya begitu.
3. Pemegang kartu BPJS boleh berobat di seluruh Indonesia. Benarkah? Yang satu ini saya belum bisa menyimpulkan. Kabarnya memang bisa, tapi mudah-mudahan tidak berbelit.
4. Pemberian obat nggak bisa untuk jangka panjang. Mungkin hanya untuk 7 hari. Bayangkan untuk yang punya penyakit kronik seperti DM, hipertensi dll. Jadi,kasihan pasien riwa-riwi. Habis di ongkos, habis waktu dll.
5. Dalam sehari, pasien BPJS nggak boleh kontrol ke dua poli spesialis. Jadi, yang punya dua penyakit, alokasikan waktu dua hari ke RS ya. Lagi-lagi, habis ongkos, habis
waktu dll. Ini tidak akan terjadi di provider asuransi lain.
6. Obat yang dipakai pasti sebagian besar generik dan sesuai formularium BPJS. Yang biasa dapat obat paten dan merasa sembuh dengan obat-obat paten ini, dilarang tersugesti obat generiknya bakal tidak menyembuhkan.Harus diterima dengan ikhlas, OK memang itu jatahnya.
Dr Eigty Mardiyan Kurniawati,Surabaya
Monggo mantemans atau praktisi kesehatan yang lain yang punya inpoh lebih terkait BPJS baik kelebihan maupun kekurangannya bisa dishare dimari.
maturnuwun

sumber : radar surabaya/rabu,08 januari 2014

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5685 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

33 Comments

  1. sblumny hrua dipahami pnrntah hrus mnggratiskn ksehatan rkytny, pbdidikan dn smua yg memnuhi hajat idup rkyatnya. nah dgn bpjs ini rakyt ‘dipksa’ ikut. bisa anda bygkn brp dna yg trkumpul, itu nanti diserahkn kpd wali amanah, nah oleh wali amanah ini trserah mrk mo diapain diinvestasikan kmn? klo ada untungny ya untuk bpjs klo rugi mka negara yg mnanggungnya mlalui apbn atau apa lh. nah pasti bebn itu dibebankn kpd rkyt mlalui pajak. intinya bpjs itu adalh komersialiasi kesehatan msyrakt. pmrnth/ngara mlepas tnggung jwbny.

  2. BPJS menyediakan alasan bagi pemerintah untuk tdk perlu lagi bertanggung jawab mengupayakan kesehatan yg murah bagi rakyatnya. Swasta kesehatan semakin meraja lela, tak terbendung mengeruk keuntungan semau-maunya tanpa hambatan….

  3. KELEBIHAN BPJS DIBANDING ASURANSI KOMERSIL
    Oleh redaksi pada 7 Januari 2014 1 Comment

    Jakarta (LINGGA POS) – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang ditetapkan pemerintah memang sedikit berbeda dengan Jaminan Kesehatan komersial atau asuransi swasta meskipun ada beragam manfaat kelas atas yang bisa dinikmati dalam asuransi komersial. Namun, jaminan kesehatan sosial lebih awal dan mencakup bagi semua masyarakat Indonesia. Kepala Departemen Hubungan Masyarakat BPJS, Irfan Humaidi menyebutkan, pembayaran iuran JKN seperti gotong royong dan seumur hidup, dalam artian yang mampu membantu yang tak mampu. “Asuransi ini berlaku seumur hidup, dari anak baru lahir hingga lansia. Coba bayangkan, mana ada asuransi komersial yang menjamin kesehatan seseorang yang usianya lebih dari 55 tahun. Terlalu banyak risikonya-kan. Sementara dalam sistem Jaminan Sosial ini semuanya ditanggung,” kata Irfan dikutip dari Liputan6.com, Jumat (3/1). Dia menegaskan, pembayaran seumur hidup ini sudah dihitung sehingga tidak akan memberatkan masyarakat. Dan kalau ada yang tak sanggup membayar iuran, maka akan ditanggung pemerintah. “Jangan dipikir besar uang yang kita keluarkan, tetapi manfaat yang bisa didapat dari saudara kita. Contohnya, ada saudara yang harus cuci darah. Dulu ia mesti membayar Rp800 ribu sekali sesi yang bisa dilakukan seminggu sekali. Tapi saat ini, dengan premi dari Rp25.500 saudara kita dapat cuci darah,” jelasnya.

    DENDA HANYA 2 PERSEN PER BULAN.

    Pembayaran premi untuk BPJS Kesehatan sudah dimulai sejak 1 Januari 2014 dan sudah bisa dibayarkan sebelum tanggal 10 bulan depan. Karena sistem pembayarannya harus melalui ATM atau bank. Bagaimana jika lupa membayar iuran atau premi? Dijelaskan Irfan, keterlambatan pembayaran lunas iuran Jaminan Kesehatan akan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen per bulan dari total iuran yang tertunggak dan ditanggung pemberi kerja atau pembayar. “Misalkan menunggak 10 bulan, dendanya akan diakumulatifkan. Kalau sebulan Rp59.500 ditambah 2 persen yaitu Rp1.190 maka harus membayar Rp596.190,” jelasnya, sembari melanjutkan kalau keterlambatan pembayaran disebabkan karena kesalahan pemberi kerja maka pemberi kerja wajib membayar pembayaran kesehatan pekerjanya.

  4. kesimpulannya bagaimana ya? bagusan bpjs atau aruransi. misal asuransi 300 ribu per bulan dengan bpjs yang katanya 60 ribu. saya mau gabung tetapi masih bingung milihnya

  5. saya pernah liat di sebuah stasiun tv ttng Program BPJS, waktu itu katanya untuk jangka panjangnya dalam pengurusan perpanjangan stnk harus mempunyai BPJS, jk tdk ikut BPJS tdk bisa untuk mengurus perpanjangan itu. jadi sprt kayak pemaksaan aja semua org hrs punya BPJS.

  6. Share sedikit ya, teman saya gagal ginjal, dan harus hemodialisis (cuci darah) seminggu 2 kali dan lancar di cover dengan BPJS sampai dengan sekarang, pekerjaan hanya karyawan biasa dan sekali cuci darah biaya sekitar 1 juta.

  7. Salam,

    Alhamdulillah sampai saat ini saya masih terdaftar sebagai pemegang Askes, yang saya dapat dari ibu saya, pensiunan PNS. Dari dulu sekali, sewaktu masih di Sumatera Barat, sampai sekarang sudah di Jogja, asuransi ini selalu saya pakai. Harus saya akui sekarang dan di sini sudah lebih mudah, prosedur serta pelayanannya sudah agak enak. Ribet, antri, pasti. Apalagi sekarang, sudah jadi satu di BPJS, makin ribet dan antri lama banget.

    Juga harus saya akui perbedaan pelayanan yang sangat berbeda saya dapatkan antara di Sumatera dengan di Jogja. Entah kenapa setiap kali berurusan dengan Askes di Jogja tak pernah menyulitkan saya. Faskes tingkat 1 saya di klinik pratama milik kampus saya. Soal rujukan tidak pernah dipersulit. Begitu sang dokter merasa tidak mampu menanganinya, beliau tidak memaksakan diri untuk menahan urusan pasien agar ‘selesai’ sampai sini. Seramai apapun klinik, beliau juga tetap meladeni konsultasi. Memang sikap beliau ini membuat para pasien dan pegawai klinik lain sebal karena lama, namun beliau tetap mempertahankannya demi kebaikan pasien.

    Selama berobat di rumah sakit (setelah dirujuk), saya juga belum pernah mendapatkan kesulitan. Bertemu dokter spesialis begitu mudah sepertinya di sini. Tindakan medis yang lebih lanjut seperti operasi dll juga tidak ada kendala, alhamdulillah. Saya dulu operasi usus buntu dan ibu saya operasi pemasangan platina di tangan yang patah, semuanya lancar. Tapi memang kami sangat selektif memilih RS tujuan, berdasarkan testimoni dan pengalaman pribadi.

    Ada beberapa RS yang ribet banget, ada yang gampang ngurusnya tapi dokternya kurang cocok, ada juga yang gampang dan dokternya bagus. Saya selalu minta rekomendasi dari dokter di faskes pertama, dan alhamdulillah semuanya lancar. Pernah juga dapat rekomendasi dokter spesialis DM di Sardjito, antrinya lama banget, tapi sama dokternya kami ditunggu karena sudah janjian.

    Ya, semua hal ada positif-negatifnya. Bagi saya ini juga masalah hati. Saya yakin selama kita ikhlas (bukan pasrah) dan yakin semua baik-baik saja, maka semua akan lancar. Perbedaan perlakuan hanya sekali kami dapatkan, di kelas 1 salah satu RSUD di sini, kami dibentak perawat dan tidak dikonsulkan ke dokter di saat cukup darurat, dan saya memutuskan pindah ke VIP. Saya ikhlaskan saja perlakuan perawat itu, perbanyak husnudzon dan berdoa, alhamdulillah selanjutnya sampai pulang dimudahkan urusannya. Bahkan saya tidak mengurus administrasi apapun ke Askes karena sudah dibantu petugas bangsal. Dan meskipun kami naik kelas (dari kelas 1 ke VIP), semua fasilitas kami dapatkan secara gratis kecuali beberapa obat khusus dan perawatan luka di luar rekomendasi dokter. Sekedar gambaran, total biaya 17 juta, 5 hari dirawat, operasi pasang platina, kami hanya bayar 300 ribu.

    Cuma memang yang saya miris, kenapa perlakuannya berbeda. Kami yang di kelas 1 saja dibentak, bagaimana yang di bawahnya? Tetapi, ada pula RS yang memperlakukan pasiennya sama. Ini memang kembali lagi pada kondisi RS-nya. Dokter memang ada yang mengeluh soal BPJS, tapi dokter yang saya temui masih mempertahankan kualitas kinerja, kode etik dan keikhlasannya. Alhamdulillah.

    Kalau ada yang berpikir saya adalah pegawai BPJS atau antek-anteknya, tenang saja, saya hanya mahasiswa dan musisi biasa yang belum lulus di usia nyaris 25 tahun.

    Salam.

2 Trackbacks / Pingbacks

  1. BPJS Asuransi Plat Merah, Pengen ngikut sih, tapi? | RODA 2 BLOG
  2. Derita pengguna BPJS, jadi sasaran kekecewaan dan kemarahan dokter. | setia1heri.com

Monggo dikomeng gans..