Milestone naik perahu gethek lagi…

Milestone naik perahu gethekHampir setahun lebih KHS kalau pulang kampung selalu melewati jalur baik via Kapas Bojonegoro atau Rengel Tuban.  Nah kemarin sabtu ( 28/9)  ketika pulang sendiri alias tidak bawa anak dan istri, KHS pengin merasakan kembali sensasi naik perahu gethek lagi. Sebenarnya 2 tahun silam juga pernah naik perahu gethek ini ketika kondisi bengawan sedang sumprik alias debit airnya tinggi. Sedangkan kemarin ketika KHS pulang itu kondisi sedang surut alias kondisi debit air sedikit karena memang sedang musim kemarau.

KHS jarang naik perahu gethek bukan tanpa alasan yakni panjang motor pulsar ini ngepress dengan lebar perahu rakit yang terbuat dari kayu ini. Kalau kondisi orang yang mau nyebrang sedikit ramai tentu sangat merepotkan apalagi mesti kudu geser-geser.  Hal itoe soenggoeh-songgoeh melelahkan….hehehe. Tetapi kemarin pas pulang sore itu kondisi sepi sehingga KHS bisa menata Milestone dengan sesuka hati..hehehe.

tambangan kenongoPerahu gethek yang KHS tumpangi ini menghubungkan desa Cangakan, Kanor, Bojonegoro dengan desa KHS yakni Kenongo Sari, Soko-Tuban.  Keberadaaan alat transportasi atau tambangan ini yang membelah Bengawan Solo ini sepertinya sudah ada sejak dahulu kala. Karena memang keberadaan rakit ini sangat vital bagi kampung kami yang memang terletak dipinggir bengawan. Selain itu kebanyakan dikampung kami kalau mau ke pasar yakni ke Pasar Sumberjo-Bojonegoro. Dimana jalan terdekat menuju pasar tadi yakni lewat Bengawan Solo dengan naik perahu gethek.

Terkait tarifnya tidak ditentukan secara pasti hanya bersifat sewajarnya saja. Kalau kampung kami sudah tahu sama tahu ongkos yang akan diberikan. Ketika dahulu tahun 1996-1999 dimana KHS masih sekolah di Sumberjo maka tarif untuk pelajar hanya Rp. 200-300 perak saja. Dan inipun tarif pelajar untuk berangkat maupun pulangnya dimana kadang diberikan ketika pulang.Sedangkan kemarin KHS ngasihnya Rp. 4000 untuk sekali jalan tersebut…hehehe. Tapi biasanya kalau sudah langganan cukup Rp.2000 atau 3000 saja….hehehe. Dahulu ketika tahun 1996-1997 masih manual memakai dayung sehingga sekali jalan membutuhkan waktu hampir 30 menit tetapi sekarang dengan adanya mesin diesel maka cukup 10 menit saja penyebrangannya.

tambangan kenongo-cangakanBagi yang tidak terbiasa naik kapal biasanya akan takut dan memejamkan mata tetapi bagi kami warga yang sejak kecil tinggal disekiran bengawan maka dianggap biasa saja. Bahkan kadang jarak air dan bodi perahu hanya 10 cm saja meskipun juga kadang was-was terjadi hal-hal yang tidak diinginkan…hehehe.

Monggo yang belum pernah naik perahu gethek…menarik untuk dicoba :mrgreen:

maturnuwun

 

link terkait :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5685 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

18 Comments

  1. Ane udah bolak balik. Tp tetep takut kang… Sepeda semprot berat :-D,,, gak lewat Tambang Bonturi kang. Deket rumah ane,hehe… Canga’an. Sering maen kesana ane,

  2. Meski gak bisa renang,,ya ugak nate takut i bang… jalan tercepat naik gethek,,ya mau gak mau..timbang muter 25km untuk nyebrang ke kecamatan sbelah… wkwkwkwkwk….

  3. kanor ngalor duk?? yang tembus kanorejo, rengel gak? pernah dulu nyebrang dari kanorejo, Rengel ke Kanor. lhadalah, si PIO yang dulu pake ban gambot meh cemplung kang. Turun ke bawahnya terlalu curam dan tanahnya licin, dan pas masuknya ke getek mak ceglek… saking abot’e si PIO, getheknya oling. wes jian… wedi aq.

1 Trackback / Pingback

  1. Turing sasi Ruwah, Sungkem Emak di Kampung Tuban | setia1heri.com

Monggo dikomeng gans..