Ini cerita beberapa waktu lalu ketika KHS masih diklat di Pusdik Reskrim Polri Megamendung, Bogor. Mohon maap kangmas dan mbak yu soalnya baru punya mood nulisnya sekarang…hehehe. Jadi ceritanya Sabtu (22/6) itu sehabis Padusan di Curug Panjang, Megamendung KHS bersama teman ingin melanjutkan perjalanan alias dolan ke kebun teh dan kawasan Puncak serta kalau memungkinkan ke Istana Presiden, Cipanas. Jam 11.00 WIB kita start dari Curug Panjang dan menggeber Honda Spacy hasil rentalan kearah atas alias ke Puncak. Meskipun sudah berlaku sistem buka tutup satu arah tetapi hal ini tidak berlaku pada sepeda motor. Selain itu isi bensin dahulu dimana merupakan hal pertamax ketika pengumuman kenaikan harga premium….hehehe..yang gambarnya dijadikan ilustrasi gak rekomended isi bensin hari senin kemarin 😆
Setelah berjalan santai sekitar 5 km akhirnya kami sampai di Perkebunan Teh dan istirahat sebentar di Puncak Pass. Bagi masbrow dan mbaksis yang mau ke Bandung atau Bogor via Puncak pasti akan melewati Puncak Pass ini. Disini sudah tersedia tempat parkir baik untuk roda empat maupun roda dua. Setelah parkir kita bisa melanjutkan jalan kaki ke kebun teh diatas parkiran ini. Diatas kebun teh Puncak Pass ini sepertinya sering dibuat nongkrong atau camping karena masih terdapat sisa-sisa makanan ringan serta terdapat tanah yang lapang.
Jam 12.15 WIB setelah puas bernarsis ria di Puncak Pass kami berniat untuk melanjutkan ke Istana Presiden Cipanas yang ada di Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur atau lereng Gunung Gede Pangrango. Nah anehnya dalam perjalanan kami malah tidak sempat berfoto di depan istana Cipanas ini tapi langsung bablas menuju Bandung. “Biar gak kemaleman nyampe sana”kata teman KHS yang bertindak sebagai joki tersebut..hehehe. Wokelah lanjut mang…
Bagi KHS ini merupakan pengalaman pertamax ke Bandung serta pertamax pula motoran ke Bandung meskipun startnya dari Bogor…hehehe. Jarak Megamendung-Bandung menurut mbah google maps sekitar 105 km atau seperti Surabaya-Tuban lah dimana itu merupakan kampung halaman KHS. Kami tidak terlalu bernapsu menggeber Spacy hanya maksimal 70 km/jam dan sambil menikmati cadasnya pegunungan disekitar kiri-kanan jalan. KHS gak paham apakah pegunungan kapur tersebut masih sangkut paut dengan Gunung Pangrango atau tidak.
Kalau tidak salah rute menuju Bandung dari Megamendung ini melewati jalan Labuan Cianjur, Cianjur, Padalarang, Cimahi dan Bandung. Berhubung pertamax jadi ya mesti lihat papan nama hijau yang menunjukkan arah ke Bandung…xixixi. Di ruas jalan Cianjur hampir tersesat ke arah Sukabumi dimana untung nanya abang becak di pinggir jalan. Untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan maka sekitar jam 14.00 WIB kami merapat untuk makan siang di sekitaran Padalarang (kalau gak salah juga..hehehe). Nanya-nanya sama penjual ayam penyet ini katanya kalau ke Bandung masih sekitar 1 jam-an perjalanan lagi. Ya sudahlah istirahat sambil makan siang duyu….maknyus…
KHS pun melanjutkan perjalanan dimana menuju Bandung ini ternyata kami ‘disambut’ dengan (mohon maap) sampah yang berceceran di sisi pinggir jalan. Dahulu memang pernah dengar kalau Bandung sudah berubah julukan menjadi Lautan Sampah eh ternyata KHS melihat dengan kepala sendiri…hehehe. Semoga walikota yang terpilih kemarin bisa mengatasi masalah yang mengganggu pandangan ini. Selain tak sedap dipandang mata, bau tajam juga menyengat hidung yang tidak bermasker ini…hiks..hiks…. Jujur kondisi ini dejavu dengan Kota Surabaya era 90an silam…hehehe (gak sombong lho ya sekarang Surabaya sudah bersih…hehehe).
Di Bandung ini KHS hanya mutar–mutar saja dan sumpek karena terlalu banyak lampu traffict light. Bahkan kondisi macet juga KHS alami ketika didekat pintu tol Purbaleunyi…sudah panas macet lagi…keringatpun menetes dengan sempurna. Setelah memasuki kota Bandung kita berputar – putar dahulu dengan destinasi Trans Studio Bandung. Disini cuma narsis didepan gedung doank karena sudah sore menjelang malam sehingga kwatir tidak bisa menikmati wahana yang ada
( alibi : mode on).
Jam 17.30 an setelah berpose di depan Trans Studio kami melanjutkan di Gedung Sate dan Lapangan Gasibu. KHS iseng bertanya,”Dimana satenya ?”. Ternyata kata pengunjung lain yang menimpali bahwa satenya itu ada di genteng tengah gedung dimana ada semacam tusuk yang menjulang ke atas dengan bulatan kecil yang ditusuk (kalau gak salah). Jujur awalnya KHS mengira kalau gedung sate yang menjadi kantor Gubernur Jawa Barat ini bentuknya panjang sekali sebagaimana gambar-gambar yang selama ini KHS lihat. Namun ternyata menurut KHS tidak terlalu panjang-panjang amat bahkan hampir sama dengan gedung balai kota di Surabaya….hehehe.
Selanjutnya kami masuk dilapangan Gasibu dimana Sabtu Malam minggu itu sedang ada acara musik (cadas) dan pameran kerajinan di Jawa Barat. Kami pun bersama teman jalan-jalan disekitaran stand yang menjual beragam kerajinan mulai batik, jaket kulit, sepatu, makanan khas serta beragam produk yang lain. Oia dilapangan gasibu ini KHS mendapati pemandangan yang cukup mengagetkan dimana terdapat banyak anak-anak usia SMP bergerombol yang ‘belajar’ merokok baik cowok maupun cewek. Dan KHS hampir terpingkal pingkal ketika sempat melihat ada anak yang menyedor rokok dan batuk-batuk serta hal itu dilakukan berkali-kali. Anehnya mereka serasa malu kalau diliatin. KHS sempat mencoba melihat…. ee ternyata mereka beringsut mencari tempat yang lain…xixixi.
Setelah puas di Gasibu, kawan mengajak berputar putar di jalan DAGO serta taman DAGO sendiri. KHS tidak paham ada apa di dago tersebut tetapi kata kawan banyak distro bertebaran di sepanjang jalan ini. Setelah dari DAGO kita melanjutkan ke Masjid Agung Bandung Raya yang bersebalah persis dengan Alun-alun. Disini KHS juga miris karena melihat penataan dan pengaturan pedagang yang amburadul disekitaran Mesjid Agung ini. Selain pedagang yang amburadul juga tidak ketinggalan tentu sampah bertebaran dimana-mana. Mestinya perlu dipisahkan mana area masjid dan mana area penjualan untuk para pedagang tersebut. Gak tahulah kalau hal tersebut sudah menjadi pemandagan yang jamak.
Awalnya malam itu KHS mau mencari penginapan yang murah meriah di sekitaran Kota Bandung namun kata teman siap bertolak langsung ke Bogor. Sebelumnya sudah minta inpoh dari Kang Denny Duro PRIDES Chapter Bandung terkait lokasi penginapan murah namun akhirnya kami batalkan. Tepat jam 00.30 WIB kami melanjutkan perjalanan bertolak ke Bogor via Puncak. Hawa dingin dan badan yang capek tidak menyurutkan langkah kami untuk kembali ke Padepokan Megamendung.
Malam itu jalanan sangat sepi namun begitu kami tidak terlalu bernafsu menggeber karena kedinginan. Berhubung mata sudah gak kuat dan kantuk menyerang maka kami mlipir ke SPBU terdekat di sekitaran Cianjur pada jam 02.10 an. Meskipun sudah minum kopi dan minuman penambah stamina ternyata tidak menjadi jaminan badan tetap bugar. Akhirnya KHS tidur sekitar 30 menit di SPBU tadi sedangkan kawan KHS tidak bisa tidur. Minggu ( 23/6) jam 03.45 WIB pagi hari kami mencoba mampir lagi di Puncak Pass. Kondisi udara sangat dingin sekali sehingga kami semua menggigil kedinginan. Kopi yang kita pesan ternyata tidak bisa banyak membantu karena langsung dingin…hehehe. Namun begitu ternyata Puncak Pass ini juga masih ramai anak anak muda cangkrukan malam minggu.
Kamipun melanjutkan perjalanan ke Megamendung dengan kondisi kawan KHS yang ngantuk berat. Sudah KHS peringatkan untuk minggir dan tidur sebentar dipinggir jalan atau KHS ganti yang nyetir. Namun kawan KHS ini tetap ngeyel untuk melanjutkan perjalanan dan nyetir sendiri sehingga perjalanan turun dari Puncak ini semacam auto pilot. KHS posisi diboncenger bertindak sebagai ‘pemandu’ yang akan menepuk pundak atau njiwit perut kalau arah motor agak menengah atau terlalu pinggir. Nah hampir saja masuk selokan ketika mendekati Pusdik Reskrim Megamendung. Maklum jalan arah Pusdik Reskrim ini berkelok-kelok dan sepanjang kiri kanan ada selokan dengan lebar sekitar 50 cm. Untung KHS sigap antara nepuk pundak dan mencubit perut secepat mungkin agar kawan KHS tadi tersadar. Alhamdulillah lolos…
Tepat jam 04.35 WIB samar-samar terdengar adzan subuh kami sudah sampai di Pusdik Reskrim Megamendung. Setelah itu langsung Sholat Subuh dan dilanjutkan dengan tidur panjang hingga siang…hehehehe. Demikian masbrow pengalaman nubi yang pertamax ke Bandung dan motoran juga nonstop siang malam. Mohon maap gambar ala kadarnya dengan nokiyem EGE serta kamera BB kawan soalnya camdig lupa ngecharge serta Androidnya juga sudah koid…hehehe
Nb : Brongpit = sepeda motor 😀
Maturnuwun
joss, jalan2 terus
Bandung lautan Sampah….. ane sendiri sudah mulai tidak nyaman dengan bandung om Her
loh kok ?…hehehe
semoga walikota yang baru bisa menyelesaikan masalah itu. amin 😀
Muacetnya om….Dulu saat kerja di Cimahi, ane rumah di Buah Batu ane mending Kost daripada harus bolak balik, Macet! dan sekarang ane malah kerja diluar Bandung, jadi pulang cuma 1x seminggu. itu pun pasti kebagian macet, mau naik r4 atau r2 sama saja…. tp lebih banyak naik r2 soalnya banyak apal jalan tembusan… hehehehe
o begitu..wah nais share brow 😀
sometimes sebuah kemajuan itu dibarengi dengan efek negatif, udah ane bahas kok di beberapa artikel ane terdahulu http://macantua.wordpress.com/2013/03/29/bandung-werkend-macet/
wih poto larakane di tonggolno pisan…wkwkwkwkw
loh engko jare hoax 😆
Segerrrrr….banget neng geulisnya, wakakakkaka 😆
Hush…#offtherecord 😆
wiiih bahaya kang kondisi ngantuk tetep nekat berkendara…
lha yo kuwi kang…wis dielingne ngeyel… 😀