Hari kedua lebaran, Senin (20/8) rencananya mau ke rumah simbah yang ada di Sukoharjo namun apa daya karena suatu hal harus dibatalkan. Berhubung sudah ngempet pengin riding dan tangan juga sudah gatal akhirnya cari ‘pelampiasan’ destinasi yang dekat kampung saja. Setelah berpikir sejenak maka ketemulah wisata alam di Bojonegoro yakni Kahyangan Api dan Waduk Pacal. Untuk Kahyangan api mungkin ini untuk kesekian kalinya ane kesini tetapi tidak untuk istri dan adik ane yang bontot, sedangkan untuk Waduk Pacal merupakan pengalaman pertamax bagi kami semua 😀 .
Jam 08.15 ane bersama anak istri dan kedua adik ane keluar dari rumah menuju tempat Kahyangan Api berada di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem Bojonegoro Jawa Timur. Rute yang ane lalui yakni dari Soko-Bojonegoro-Dander. Jarak lokasi Kahyangan Api dengan kota Bojonegoro sekitar 22 km yang berada ditengah hutan lindung. Jalan menuju lokasi dari Pasar Dander ke arah barat ketika ane lewati kemarin terlihat cukup bagus meskipun radius 2 km dari lokasi kahyangan api kita akan berhadapan dengan jalan makadam. Berhubung musim kemarau maka debu-debu akan berterbangan ketika ada kendaraan atau mobil lewat. Berhubung riding dengan santai maka baru sekitar jam 09.30 sampai dilokasi. Oleh karena musim liburan panjang maka masuk lokasi akan dikenakan karcis Rp.3000 per orang dan parker Rp.2000 setiap sepeda motor.
Kahyangan Api merupakan sumber api alam yang tak kunjung padam. Ditengarai api ini sudah menyala sejak zaman Majapahit dimana dilokasi ini digunakan sebagai tempat membuat senjata atau keris, tombak, dan cudrik. Menurut cerita rakyat, Kayangan Api adalah tempat bersemayamnya Mbah Kriyo Kusumo atau Empu Supa atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Pandhe berasal dari kerajaan Majapahit. Beberapa masyarakat masih mempercayai kesucian sumber api ini sehingga hanya boleh diambil untuk acara-acara tertentu yang bersifat penting dan sakral seperti upacara Jumenengan Ngarsodalem Hamengku Buwono X, pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON), Ruwatan, Jamasan dan lain lain yang biasanya diawali prosesi tertentu sebelum pengambilan api. Namun begitu terkadang disekitar sumber api juga banyak yang melakukan kegiatan seperti membakar ubi, ketela atau jagung. 😀
Radius 30 meter dari sumber api terdapat sumber air yang disebut Air Blekuthuk. Sumber air ini kelihatanya panas seperti air mendidih namun ketika disentuh begitu dingin. Bau belerang begitu menyengat ketika berdiri di lokasi sumber air ini. Menurut cerita sumber air ini digunakan Mbah Pandhe untuk mencuci atau merendam keris yang telah dibuat. Selain itu sumber air ini juga dipercayai mempunyai kasiat untuk menyembuhkan penyakit setelah berendam.
Di lokasi kahyangan api telah terdapat pendopo, tempat jajanan, wahana permainan untuk anak-anak dan tempat parkir yang cukup luas. Ketika ane berkunjung kesana kemarin wahana permainan anak masih dalam taraf pembangunan. Selain itu dipinggir lokasi terdapat warung-warung bagi pengunjung yang membutuhkan makanan dan minuman ringan. Bagi yang butuh istirahat setelah lelah berjalan-jalan kita dapat diduduk dibawah pohon-pohon rindang, di pendopo yang luas atau kursi kayu yang memang disiapkan untuk duduk-duduk bercengkrama. Oia kawan yang punya GPS, Kahyangan Api terletak di koordinat -7.259147, 111.790661.
Setelah puas berjalan-jalan maka jam 10.45 ane bergeser destinasi selanjutnya yakni Waduk Pacal. Meskipun ane sempat 3 tahun sekolah di Bojonegoro kota namun belum pernah sama sekali ke wisata natural ini . Bendungan atau Waduk pacal terletak dalam dekapan bukit-bukit hutan pegunungan Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang. Waduk ini dibangun pada tahun 1933 oleh Belanda yang memiliki luas sekitar 3,878 kilometer persegi dan kedalaman 25 meter. Kurang lebih 30 menit menuju tempat ini dari Kahyangan Api dengan riding sangat santai.
Waduk Pacal ini terletak 35 km dari Bojonegoro atau kalau kawan mau menjangkau dari Nganjuk juga bisa. Tinggal turun di pinggir jalan raya Nganjuk-Bojonegoro trus berjalan sekitar 1,5 km ke lokasi. Tiket masuk ke lokasi ini seperti di Kahyangan Api yakni Rp.3.000 per orang dan parker Rp.2.000 per motor. Meskipun lebaran H+2, kondisi waduk pacal siang itu tidak begitu ramai mungkin waktu sore atau pagi sekalian ramainya. Maklum kondisi siang yang panas membuat orang berpikir ulang untuk kelayapan 😀 .
Berhubung kemarau maka waduk dalam kondisi kering meskipun tidak kerontang. Terlihat masih ada danau-danau kecil yang digunakan nelayan waduk untuk mencari ikan-ikan air tawar. Dibeberapa seberang terlihat warna hijau entah itu tanaman apa ane tidak begitu paham. Mengingatkan daku ketika kemarau tanag dipinggir bengawan solo akan ditanami jagung, ketela jalar, kacang hijau, bahkan biasanya tanaman tembakau. Seluas mata memandang hanya terlihat hamparan hijau dan beberapa danau-danau kecil, perahu-perahu yang teronggok serta pecahan tanah lumpur akibat sengatan matahari.
Di sekitar Waduk Pacal tidak jauh berbeda dengan Kahyangan Api yakni terdapat terdapat warung atau tempat makan, sarana bermain anak serta tempat-tempat nongkrong. Siang itu melalui speaker atas (mengingatkan waktu jadoel belum ada sound system) pengunjung ditemani dengan Campur Sari waduk pacal, sebuah lagu yang diciptakan oleh Bupati Bojonegoro sendiri. Sembari menunggu matahari bergeser ke barat sedikit kami berteduh di gubuk sederhana di sekitaran waduk. Menurut informasi setiap bulan Oktober bersamaan dengan hari jadi Kabupaten Bojonegoro, digelar acara ritual Larung Sengkolo dan Jamasan Waranggono Tayub di waduk pacal ini. Oia kawan waduk pacal terletak di koordinat :-7.354295,111.872349
Demikian kawan laporan perjalanan singkat ane untuk mengobati kegalauan ini meskipun bagi beberapa orang sudah bosan mengunjungi 2 tempat tadi. Kalau mau tahu cerita lain ane muter-muter bumi angling dharma bersama adik postingan ada[ disini.].hehehe
maturnuwun
baca juga :
- Mampir di Gua Ngerong, Rengel, Tuban.
- Eksotisme air terjun Dholo, Kediri
- Menggelinding via Cangar, Selorejo, Wlingi, Ngancar, Tulungagung dan Air terjun dholo Kediri.
- Komunitas Honda CB150X Jawa Timur gelar Silaturide #3 tahun 2024 di Bojonegoro
- Bengkel Motor Alumni SMK Binaan MPM Honda Jatim di Bojonegoro Terima Bantuan Peralatan Bengkel dari Yayasan Astra Honda Motor
- Turing sasi Ruwah, Sungkem Emak di Kampung Tuban
- MPM Honda Jatim gelar PCX Street Photo Contest njepret Ikon Kota Bojonegoro
- Motor Honda CB pakai plat nopol tulisan Generasi Micin dan Kids Jaman Now kena tilang polisi lurr…..xixixixi
- Kecelakaan maut dijalan desa Baurno – Kepohbaru, Bojonegoro antar sepeda motor
- Ngegass tipis-tipis ke Monumen Van der Wick, Lamongan dan Sumur Minyak Tua Wonocolo Bojonegoro tahun 2017.
- Mulusnya jalan Bojonegoro – Ngawi….tapi tetap hati-hati yah mantemans….
- Jadwal Imsakiyah area Jawa Timur 1437 H / 2016 versi Kementerian Agama
- Ini pembagian plat S untuk eks Kerasidenan Bojonegoro plus Jombang dan Mojokerto
ajib om 😀
yuup 😀
wah, nyenengke ik…
betoel cak… 😀
Mending sampan mas, saya saja sampai saat ini belom pernah main ke waduk pacal (tragis), sekarang tambah satu lagi objek wisata dadakan mas. Bendungan Gerak yang ada di daerah Kalitidu (dari bojonegoro ke barat (arah cepu), sampai di pertigaan desa pumpungan belok kanan kurang lebih 1.5 km) >> juga belom pernah 😀
huwaduh piye tempat wisata bendungan gerak gak pernah mas? padahal dekat rmh sampeyan lho ❓
loh piye to ?
pernah denger..itu yang deket cengungklung itu ya ?
sampeyan lurus dari kayangan api tembus kediamanku mas heri di ngasem, kok gak ngabar ngabari kalo ke bojonegoro? jalannya sip toh lobang sana sini
waduh iyo kang…blas ra kepikiran
insyaAllah kpn2 nek dolan maneh 😀
dekat mas mung 8km, cuma pas mudik bojonegoro wingi gur sedilut, kurang 24 jam :D, kurang paham mas cengungklung, cengklung ato clangap
xixiixi…ya pankapan diagendakan lagi 😀
Kok namanya kahyangan api napa oom :D?
waduh…lupa nanya kuncennya kemarin
…cmiiw
tetapi dilihat dari kata ‘kayangan’ merupakan bahasa jawa yang artinya “tempat (berkumpul) dewa / surga ”
jadi kayangan api ….ya tahu sendirilah
pernah memakai jalaur ini buat rekaman via motorcam, meliuk2 sampe Nganjuk.wekekekek.. btw, ada cerita seramnya loh disini.
teman saya yg pulang jam 2’an dinihari sehabis dari Cepu, dia dicegat kawanan sapi dan orang tua yang angon kebo. jan, mbegidik, akhire rokok’e ditinggal trus ada celah buat lewat motornya. Dia langsung bilang “mbah, putune nunut lewat nggeh, niki rokok’e”. langsung ngacir…
Betul mas dab bahwa di bojonegoro ada bendung gerak, bengawan solonya yg dibendung. kayaknya lokasi ini yg lbh potensial dr tempat2 wisata laen. Hari2 biasa aja pngunjungnya rame, apalgi hari libur dan plus brdampingan dgn lokasi wisata kebun belimbing, yg mana bisa makan sepuasnya tapi kalo dibawa pulang harus beli xixixixi……..oh ya lokasinya bukan dekat cengungklung, kejauhan mas dab, namun letaknya pertengahan antara kalitidu-bojonegoro, tepatnya di desa ngringin rejo. Mantapbs coy, kagak nyangka bojonegoro punya bangunan semegah itu. Monggo sampean2 kalo ada waktu nyengungok ndek bendung gerak!!!
yuuup…sudah bro ke bendungan gerak nya 😀
Lma sdh q k plg k bjn..kya ap sdh d sna…..
Semakin matoh kang…
Seneng rasanya dapet info tentang Bojonegoro,, saya rencana mau napak tilas hidup Bapak saya,, boleh minta info untuk angkot menuju tempat-tempat di atas ga Mas? Soalnya saya ga bawa motor,, dengan transportasi umum.. hehehehe..
Kalau dari Wedi kira-kira ada tidak ya, angkutan ke sana? Suwun infonya
Tambak Wedi ? ane kurang paham yang jelas ada angkutan tapi harus ngojek untuk sampai lokasi…ane sarankan pinjam motor aja punya family…
Siiip, suwun nggih,,,
sama2…ditunggu RR nya 😀
Waaaah,,,,,,,,bendung gerak prl dparani qi ben tmbh pngalaman,,,,,nek khayangan api ws tau nyambangi sooob,,,,,,,
ternyata, Bojonegoro banyak tempat wisatanya ya!! :B) hehehe…