Kismis diwaktu kecil…

Setiap orang tentu mempunyai kismis alias kisah mistik ketika waktu kecil. Maklum biasanya anak kecil yang belum akil baligh masih suci sehingga bisa melihat dan mengingat tajam segala sesuatu. Kisah mistik disini  ane fokuskan pada pengalaman bertemu atau melihat makhluk atau aktivitas dunia lain. Bukan bermaksud bersaing dengan juragan kismis aka kang yudi batang, namun setiap orang pasti punya pengalaman serupa..hehehe. Termasuk anak ane Sakti beberapa waktu lalu yang merasa digoda ‘mbak hantu’ (postingan disini).

Ane pribadi hanya mampu mengingat beberapa cerita saja jadi nyimaknya gak usah pake gelar tiker atau  menghabiskan bercangkir-cangkir kopi segala…xixixixi 😀 . Ane awali ketika usia SD lupa kelas berapa dimana didesa lagi musim layang-layang. Waktu itu setelah ashar sehabis bantu-bantu ortu ngangsu (menimba)air untuk jamban dan genuk ane langsung bergegas ke sawah tempat bermain dan beradu layangan. Anak-anak seusia ane waktu itu kalau lagi musim layangan maka tumpek blek ke sawah semua.

Ane sendiri sebenarnya sore itu lagi gak begitu minat menaikkan layangan alias lebih suka cari layangan kalau putus sehabis beradu.  Alhasil ane hanya berlari-lari atau menunggu dengan tegang ketika beberapa layangan saling beradu penuh seru. Oia kawan sawah di kampung ane Dusun Cowekan Desa Kenongo Sari, Kecamatan Soko Kabupaten Tuban kebetulan ditengah-tengahnya terdapat kuburan alias makam. Tetapi biasanya orang-orang desa menyebutnya kramat atau mungkin berasal dari kata ‘keramat’. Mengapa disebut keramat karena mungkin ditempat itu banyak hal-hal mistis dan memang keramat…cmiiiw.

Setiap kramat atau kuburan dikampung ane selalu ada makam yang dituakan alias babad alas.  Makam yang dituakan itu biasanya diberi cungkup atau rumah-rumahan yang berbeda dengan makam-makam disekitarnya.  Selain itu biasanya setiap kuburan mempunya nama atau julukan yang berbeda.  Kuburan yang ada dideket sawah ane (jujur bro sawah ane berbatasan langsung dengan tanah makam :-D) dinamakan “Mbah Buyut Jombor” mengacu pada nama sesepuh desa yang dimakamkan disitu.

Nah sore itu ketika tegang-tegangnya menyaksikan layangan yang sedang beradu dan hampir putus. Mata ane tak sengaja mengarah kepada cungkup yang ada di kramat Mbah Buyut Jombor. Disitu terlihat ada nenek yang mungkin usianya diatas 60 tahun dengan busana khas jawa. Nenek dengan rambut putih yang disanggul tadi sedang asyik tapen-tapen beras ( Jawa red, aktivitas tradisional untuk memisahkan beras dengan biji padi yang masih bercampur sehabis digiling. Alat yang digunakan berupa tampah yang diayunkan dari atas bawah berulang-ulang).  Aktivitas tapen-tapen ini merupakan hal yang sudah jamak dilakukan dikampung kami sebelum menanak nasi.  Terlihat nenek-nenek tadi dengan tekun memilah satu-satu beras dan biji padi  dan setelah itu dengan santainya memasuki rumah sederhana yang terbuat dari papan tersebut. Krieeet…..prakkkkk….mungkin seperti itu bunyinya pas pintu ditutup…hehehehe

koordinat : -7.129552,111.989433

Pada waktu itu ane tidak punya pikiran macam-macam alias ane anggap sebagai suatu pemandangan yang biasa. Justru ane berpikir ulang ketika menginjak SMP. Ane penasaran dengan cungkup yang tidak pernah dibuka itu. Setelah merumput (mencari rumput untuk sapi  dan kambing di rumah bro…) disekitar kuburan ane bersama beberapa teman iseng-iseng mengintip ‘isi daleman’ rumah tersebut.  Dengan sedikit grogi dan tegang ‘ternyata’ didalam cungkup ukuran 2 x 3 meter itu  hanya ada sebuah makam sederhana dengan batu nisan kayu biasa tanpa nama. Bahkan kondisi makam sudah hampir rata dengan tanah disekitarnya.   Pikiran ane langsung melayang dengan kejadian beberapa tahun sebelumnya, “ lha terus yang sedang tapentapen dulu siapa ya ?  hiiiiiiiii……sambil beringsut meninggalkan cungkup.

Oia kawan ada cerita terkait cungkup dengan Mbah Buyut Jombor ini.  Jarak 3 meter dari cungkup ada pohon asem yang besar dan setiap beberapa bulan pasti berbuah. Ada satu dahan yang melengkung tepat diatas rumah atau cungkup tadi. Biasanya buah asem yang berada tepat diatas rumah tadi terlihat paling lebat dan menggiurkan dibandingkan dengan di dahan yang lain.  Siapapun yang sedang disawah atau lagi merumput di sekitar kuburan pasti tergoda untuk mengambilnya di dahan yang lebat tadi.  Namun jangan gegabah dan latah karena tidak sedikit cerita ada kawan yang terpeleset atau jatuh sebelum sempat mengambil buah asem. Usut punya usut dan dan dihubung-hubungkan, kalau mau mengambil buah asem yang tepat diatas makam mbah buyut jombor harus permisi dulu karena dianggap tidak sopan…hehehehe.  Biasanya ane dan kawan-kawan selalu kompak bilang, “Nuwun sewu mbah…kulo badhe nyuwun asem e… “( Mohon maaf mbah….saya mau minta asem nya…).

Demikian kawan salah satu kisah mistik yang pernah ane alamin, semoga lain waktu bisa disambung cerita yang lain…hehehee 😀

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5683 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

11 Comments

1 Trackback / Pingback

  1. Kisah konyol terkait sampoo diwaktu aku kecil. | www.setia1heri.wordpress.com

Monggo dikomeng gans..