Risalah sholat bagi Turinger

Risalah sholat bagi musyafir

  • Hadis riwayat Aisyah ra., istri Nabi saw. ia berkata:
    Awalnya tiap salat diwajibkan dua rakaat, baik di kediaman (tidak sedang dalam bepergian) atau dalam perjalanan. Kemudian salat dalam perjalanan tetap (dua rakaat) dan salat di kediaman ditambah. (Shahih Muslim No.1105)
  • Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
    Dari Hafesh bin Ashim ia berkata: Ibnu Umar bercerita kepada kami, ia berkata: Hai keponakanku! Aku pernah menemani Rasulullah dalam suatu perjalanan beliau. Beliau salat tidak lebih dari dua rakaat hingga beliau wafat. Aku juga pernah menemani Abu Bakar dalam perjalanannya. Dia salat tidak lebih dari dua rakaat hingga ia wafat. Aku juga pernah menemani Umar. Dia salat tidak lebih dari dua rakaat hingga ia wafat. Aku temani Usman. Dia juga salat tidak lebih dari dua rakaat hingga ia wafat. Allah berfirman: Sesungguhnya dalam diri Rasulullah ada suri teladan bagi kalian. (Shahih Muslim No.1112)
  • Hadis riwayat Anas ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. menunaikan salat Zuhur di Madinah sebanyak empat rakaat dan di Dzul Hulaifah sebanyak dua rakaat. (Shahih Muslim No.1114)
  • Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
    Kami pergi dari Madinah ke Mekah bersama Rasulullah saw. Beliau selalu salat dua rakaat sampai beliau kembali (ke Madinah). Aku bertanya: Berapa lama baginda akan tinggal di Mekah? Beliau menjawab: Sepuluh hari. (Shahih Muslim No.1118)
  • Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
    Apabila Rasulullah saw. tergesa-gesa untuk bepergian, beliau menjamak (menghimpun) salat Magrib dan Isyak. (Shahih Muslim No.1139)
  • Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
    Apabila Rasulullah berangkat musafir sebelum matahari tergelincir (condong ke Barat), beliau menangguhkan salat Zuhurnya ke waktu Asar. Kemudian beliau berhenti singgah dan menjamak antara Zuhur dan Asar. Dan apabila ketika beliau pergi, matahari telah condong ke Barat (tergelincir), maka beliau melakukan salat Zuhur terlebih dahulu kemudian berangkat. (Shahih Muslim No.1143)

Saya pikir pitutur Kanjeng Nabi diatas sangat tepat bagi siapapun yang suka turing, perjalanan, travel atau aktivitas apapun yang jauh dari tempat tinggal dimana tidak ingin terputus komunikasi dengan Gusti Allah.  Itulah indahnya sebuah komunikasi antara hamba dengan Tuhan-nya ditengah situasi dan kondisi apapun. Terlepas dari perdebatan batas jarak dan waktu perjalanan yang jelas bagi siapapun musafir (orang yang melakukan perjalanan) terdapat ‘keringanan’ untuk melakukan ibadah diatas. 😀

Maturnuwun

Sumber : hadistweb

Comments

comments

Tentang setia1heri 5692 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

4 Comments

Monggo dikomeng gans..