Mari Hormati Pejalan Kaki…

Mari Hormati Pejalan Kaki…

Setiap pengguna jalan tentu memilki ‘wilayah’ masing-masing sebagai pembagian yang telah ditetapkan. Setiap pengguna jalan baik mobil, motor, sepeda maupun pejalan kaki diharapkan tidak saling serobot seperti angkot yang kejar setoran. Tulisan ini berawal dari pengamatan sehari-hari penulis ketika berkendara di jalanan terutama kota Surabaya.

Diantara pengguna jalan diatas yang paling ‘kalah’ dan menyerah adalah para pengguna jalan kaki. Trotoar yang sebenarnya merupakan ‘wilayah’ syah pejalan kaki kadang kala tidak terlepas dari serobotan dan aneksasi para pengguna roda dua terutama motor-motor @l4y. Hal  ini terjadi ketika ketidaksabaran menunggu lampu merah TL dan kemacetan yang terhadi. Trus gimana lagi? padahal pengguna juga mempunyai hak yang sama.

Penulis juga sering kali melihat para pengendara motor yang main terobos ketika di pos penyebrangan. Padahal jelas-jelas lampu sudah menunjukkan lampu merah yang menandakan kita harus berhenti untuk memberikan kesempatan pejalan kaki untuk menyebrang.  Sehingga beberapa ada yang hampir saja tertabrak oleh pengendara yang tak punya aturan ini. Lain hal jika pejalan kaki sudah sampai diseberang dan lampu masih menyala merah. Saya pikir tidak ada salahnya kita menerobos untuk menghemat waktu.

Penulis pernah menjumpai seorang pejalan kaki yang mau menyebrang sambil membawa pentungan. Terlihat jelas benda itu pentungan bukan papan rambu penyeberangan. Apalagi ketika menyeberang sambil mengayun-ayunkan benda tersebut. Saya pikir hal ini cukup menggelikan dan juga menyedihkan. Menggelikan karena sebegitu ‘lebai’nya untuk keselamatan diri dalam penyeberangan dan sekaligus menyedihkan bahwa para pejalan kaki tersebut sudah tidak percaya dengan rambu-rambu (lampu merah, red-)yang ada serta dengan para pengguna jalan yang lain.

Ane sendiri memang belum menemukan data pasti tentang kecelakaan yang menimpa pejalan kaki. Tetapi dari pengamatan sendiri dan cerita teman terdapat data-data yang menunjukkan bahwa para pejalan kaki sering  kali mendapatkan diskriminasi atau ‘teror’ dari pengguna jalan lain. Bahkan dibeberapa ruas jalan justru trotoar dibuat warung untuk jualan. Apa kata dunia?

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5687 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

10 Comments

  1. kalo mau ngasih jalan, di zebra cross, masih ragu oom. kalo kitanya ngasih jalan, tapi yang belakang nyelonong, malah bahaya buat penyeberangnya.
    kalo ngasih jalan, biasakan liat kondisi sekitar dulu 🙂

  2. @ boerhunt : betul..semoga pemerintah dapat mempertimbangkan kembali
    @ si oom : betul3x…tetep lihat siko jangan sampai sruntulan dg rider di belakang kita

  3. Budaya sruntulan sdh mewabah di negeri ini ….. Disiplin lalulintas yg rendah adalah cermin carut marutnya negeri ini

  4. Di depan Galaxy Mall sering tu. Pas lampu merah, kan musti brenti buat kasih jalan penyebrang, eh, malah pada nrobos.

    Tapi kadang si penyebrang juga ga kalah ngawur. Orang lampu masih ijo (bagi kendaraan) & merah (bagi si penyebrang), eh asal nyebrang aja pas jalan masi rame.

    Padal di jalan itu speed kendaraan relatif tinggi. Palagi motor. Banyak yang > 80 kpj 🙂

    • ane juga prnah lewat situ 😀
      klo penyebrang yang ngawur memang kadang pengin jitak
      brarti semua pengguna jalan harus saling menghormati dan menghargai…tidak boleh egois sok menang sendiri 😀

1 Trackback / Pingback

  1. Malang nian…pulang pengajian nyebrang jalan…eee kesrempet motor sialan! | setia1heri.com

Monggo dikomeng gans..