Awas konflik horizontal
Mencermati berita-berita yang muncul pekan-pekan ini kita akan disuguhi peristiwa atau tragedi yang memprihatinkan seperti Pandegelang yang menewaskan 3 orang ahmady, peristiwa Temanggung yang menyebabkan banyak kerugian material, berbagai bentrokan antar suku atau kampung baik yang ada di kota maupun di pelosok Indonesia.
Terjadinya konflik atau bentrokan tentu ada pemantik dan penyebabnya atau biasa kita sebut sebagai provokator yang mendalanginya. Berkaca tragedy Pandegelang maka diperlukan kehati-hatian dalam menyikapi atau mencemati berita yang disampaikan oleh media. Di perlukan berita yang berimbang, objektif dan netral untuk menjelaskan bagaimana kronologis kejadian. Selama ini kita cenderung menjudge sebuah permasalahan dari akibat yang ada, akan tetapi jarang sekali kita mau menengok sebab yang ada sebelumnya. Korban memang tidak bisa dihindarkan tetapi bagaimana sampai ada korban yang jatuh itu juga perlu di dengarkan. Mari berpikir jernih.
Kadang komengtator-komengtator yang ada justru semakin memperkeruh suasana di lapangan. Mereka tidak mendapatkan informasi yang utuh dan objektif sehingga mampu menjelaskan duduk permasalahan kepada public. Dalam menyikapi konflik memang diperlukan kehati-hatian agar tidak terjerumus dalam pusaran konflik itu sendiri.
Konflik Suku Agama Ras dan Antar Golongan (SARA) di Indonesia memang tidak bisa dihindarkan karena negara kita terdiri dari beragam SARA. Namun itu bukan alasan untuk senantiasa berkonflik yang justru akan mencabik-cabik Persatuan dan Kesatuan serta menciderai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang selama ini kita jalankan bersama. Indonesia menjadi besar dan berdaulat karena kita terdiri dari beragam warna.
Konflik atau bentrokan yang terjadi saat ini kadang di picu oleh persoalan yang sepele dan remeh temeh. Dimana hal itu sebenarnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Sungguh ironis memang tetapi itulah kenyataannya di lapangan.
Konsep – konsep tepo saliro (tenggang rasa), saling menghormati dan menghargai SARA perlu di tingkatkan kembali. Dialog-dialog komunikasi yang selama ini buntu hendaknya di buka kembali. Sikap gotong royong dan musyawarah perlu di gali kembali dalam kerangka membangun bumi pertiwi.
Awas provokasi adu domba baik yang mengatasnamakan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan…..!!!!
GARUDA DI DADAKU….
Be the first to comment