Habis nubruk orang, boleh kok kita lari tunggang langgang asal….

Seringkali kita mendengar atau membaca berita seseorang yang terlibat kecelakaan terutama terutama pelaku kecelakaan yang hendak melarikan diri. Secara hukum kita bisa melarikan diri asal dengan alasan yang tepat yakni Terancam bahaya penganiyayaan oleh Masyarakat yang marah atau emosi. Namun tidak hanya melarikan diri atau meninggalkan tekape tanpa tanggung jawab TAPI yang dilakukan yakni harus segera melaporkan kejadian tersebut ke Pos Polisi terdekat.

Demikian ilmu yang KHS dapatkan ketika ikutan ujian tes tulis untuk mengurus SIM A di Polres Gresik pertengaha Pebruari 2015 kemarin. Di salah satu soal ujian terdapat pertanyaaan sebagaimana diatas yakni :

Seorang pengemudi dibenarkan untuk meninggalkan tempat kejadian kecelakaan yang dialaminya, apabila :

1. Terancam jiwanya dan menyembunyikan diri agar tidak diketahui orang.
2. Terancam bahaya penganiyayaan oleh Masyarakat yang marah atau emosi tetapi harus segera melaporkan kejadian tersebut ke Pos Polisi terdekat
3. Melarikan diri dan sembunyi.

Jawaban : B

 Secara jelas dan benar jawaban yang mesti dijawab adalah jawaban B. Namun pada kenyataannya tidak sedikit orang yang memilih pilihan A atau C. Hal ini dapat kita lihat dan jumpai pada berita-berita dengan headline “TABRAK LARI”. Terakhir kasus Honda City di Cimahi yang ‘menyeret’ mahasiswa di kolong mobil hingga sejauh 30 km. Memang secara jelas di pengemudi terancam jiwanya pasca menabrak mahasiswanya namun dia tidak menuju polisi terdekat justru kabur lewat jalan tol. Untung polisi PJR Tol bisa menghentikan pelaku kecelakaan sadis ini.

Jadi KHS ulangi, sehabis nubruk kita bisa melarikan diri dengan alasan keselamatan jiwa kita terancam namun harus tetap melaporkan kejadian ini ke polisi terdekat. Mending secara gentle bertanggungjawab atas kecelakaan yang mengakibatkan jiwa melayang tersebut daripada dikejar-kejar arwah gentayangan…hiiiiiii…atutttt 🙁

Maturnuwun.

Comments

comments