Akibat dipandang sebelah mata PNS ini trauma memakai BPJS

iklan BPJS pegang kartu accKisah menyedihkan lain gan dari pengguna BPJS yang ditulis seorang komengtator. Awalnya komeng ini ditulis di postingan http://setia1heri.com/2015/01/13/derita-pengguna-bpjs-jadi-sasaran-kekecewaan-dan-kemarahan-dokter/ namun karena pertimbangan pembaca lebih mudah mencernanya maka KHS posting secara terpisah disini gans. Inti dari cerita kawan komentator yang bernama A’kang Ferry Jakaswara menyesalkan sikap beberapa dokter di rumah sakit yang ditemuinya dimana memandang sebelah mata pasien BPJS. Karena proses yang lama ini akhirnya ayahanda dari akang ferry ini mengalami kelumpuhan akibat kanker otak stadium empat. Sebagai catatan ayah bro ferry ini memegang kartu ASKES (Ibu bro ferry merupakan pensiunan PNS) yang sekarang dilebur jadi BPJS. Agar mudah mencerna tulisan dari bro ferry ini maka KHS mengeditnya tanpa mengurangi maksud yang terkandung di dalamnya.

Berikut curcol dari kawan komengtator tersebut :

Kisah sedih mungkin berbeda dengan cerita di atas tapi benang merahnya sama. Bapak saya (62 tahun) didiagnosa terdapat gangguan di paru dan saraf. Surat rujukan sudah oke, dibawa ke RS Pasar Rebo, Jakarta Timur setelah daftar dan ngantri, kemudian diperiksa dr. Gotot SpS, melihat kondisi bapak saya yang sudah agak setengah lumpuh, dr Gotot meminta untuk dilakukan CT Scan, karena di RS Pasar Rebo peralatan CT Scan sedang rusak maka kami dirujuk ke RS. Polri Sukanto Cililitan, Jarta Timur. Bayangan saya, langsung dilakukan CT. Scan, tapi ternyata harus ngantri lagi ke poli saraf, diperiksa sama dr Joko. Aneh bin ajaib, dokterr ini menolak untuk melakukan CT Scan. Kata dokter bapak saya sudah pasti kena stroke, jadi gak perlu CT Scan.

Saya bukan orang goblog2 banget Gan, bukan sombong, saya lulusan S2 dengan IPK 4!! Saya pikir ini dokter terlampau sakti ya? sampai melakukan diagnosa gak perlu memakai alat, padahal Profesor Satyanagara (ahli saraf terbaik Indonesia) menyarankan MRI (MRI lebih detail dari CT Scan). Akhirnya karena bapak saya kecewa, lalu minta pulang ke Garut. Kata RSUD Doktor Slamet, Garut bapak saya kembali disarankan HARUS di CT Scan dan dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung. Tapi lagi2 kami kecewa, karena mentang2 peserta BPJS, antriannya pada pagi itu dapat yang ke 700!!

Akhirnya kasian melihat kondisi bapak yang kali ini sudah lumpuh, kami lakukan CT Scan di RS Santosa Bandung DENGAN DUIT SENDIRI. Dan tahukah sekarang bagaimana kondisi bapak? Bapak saya divonis KANKER OTAK STADIUM 4!!!

Jadi saya sebagai PNS, trauma memakai BPJS!!!! Saya gak tahu letak salahnya dimana, memang secara prosedur sudah lebih mudah, tapi kayaknya dipandang sebelah mata oleh rumah sakitnya

Nah agar tidak menimbulkan mis persepsi, KHS mencoba mengkonfirmasi apakah ketika melakukan periksa ke RS Pasar Rebo dan RS Polri Sukanto Cilitan, RSUD Slamet Garut dan RS Hasan Sadikin Bandung juga memakai kartu BPJS ? ternyata bro fery mengiyakan dan sekaligus menambahi beberapa catatan yang mungkin layak kita baca serta pemerintah bisa memberikan respon terhadap pelayanan BPJS dilapangan ini. Oia kejadian ini terjadi pada medio Desember 2014 silam.

Benar, Bapak saya memakai Askes alias sekarang dilebur ke BPJS Kesehatan. Puncak kekecewaan saya terutama di RS Polri Sukanto yang menolak CT. Scan padahal jelas2 rujukannya permintaan CT Scan, saya sampai 3 kali tanya ke dokter Joko, sampai akhirnya saya tanya “ini kan rujukan dari dokter RS Pasar Rebo nya CTScan dan saya disuruh balik ke sana, nanti saya harus bilang apa dok?”. Dokter dengan enteng menjawab “bilang saja tidak perlu CTScan!”.

Kekecewaan saya yg kedua adalah yang waktu di RS Hasan Sadikin Bandung dimana prosesnya berbelit2, Bapak saya yang sudah begitu parah disuruh nunggu dan dapat antrian ke 700!! Padahal kami jauh dari Garut. Lalu akhirnya kami lakukan CT Scan di RS Swasta dengan biaya pribadi.

Kekecewaan ketiga adalah kemarin2, waktu kami diminta MRI, rujukannya ke RS Santosa, tapi di Santosa langsung divonis KANKER OTAK dan cuma dikasih obat lalu diminta dirawat jalan, karena saat itu kondisi kamar sedang penuh akhirnya kami pulang lagi ke Garut lagi dan baru dapat kamar 2 minggu kemudian. Tapi kekecewaan saya yang ketiga ini belum saya publish karena ayah saya sekarang masih dirawat dan saya harap akan dilakukan MRI beberapa hari ke depan.

Terimakasih telah mau memuat cerita saya. Saya tidak bernaksud menjelekkan siapapun, tapi ini agar instansi pemerintah itu berbenah,
jangan merugikan masyarakat.

Demikian kawan beberapa cerita yang tidak mengenakkan bagi pasien BPJS. Kisah ini memang tidak bisa digeneralisir karena di beberapa daerah pelayanan bagi pasien BPJS yang tidak ada hambatan serta pelayanan prima yang diterima.

Semoga bro ferry diberikan kesabaran serta ayahanda yang saat ini masih dalam kondisi terbaring sakit segera diberikan kesembuhan. Amin

Maturnuwun

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5686 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

42 Comments

  1. Ya begitulah adanya BPJS ini memang maunya bagus pemerataan akses kesehatan, tapi prakteknya gak bagus buat yg sudah dapat akses. Dulu kantor saya pakai In Health gara2 wajib BPJS, In Health di hapus, sekarang untuk cek istri yang sedang hamil harus ke puskesmas dengan dokter umum, padahal waktu In Health dengan dokter spesialis. Buat catatan saja premi BPJS dibanding In Health bedanya jauh, kira-kira pakai logika saja berapa banyak dokter yg mau dapat bayaran lebih rendah setelah sebelumnya dibayar lebih tinggi?

    • Yah ada yg cerita dokter hanya dapat kira2 1000-2000 kalau konsultasi pasien, tapi BPJS kan ada iuran, kenapa tidak dibuat berjenjang, yg mau lebih dan pelayanan spt askes, pegawai negeri dan swasta dikenakan iuran mirip asuransi swasta saja, juga bisa buat subsidi silang

  2. Beliau mengungkapkan banyak kekecewaannya atas bobroknya program dan kualitas pelayanan instansi pemerintah serta aparatur negara..
    Beliau tidak sadar bahwa beliau juga merupakan bagian dari kebobrokan tersebut..

    Beliau mencari nafkah menghidupi keluarganya dari uang negara juga..
    Beliau adalah PNS..

  3. sama sama tau aja mas… misal saya di antrian 500 … trus ada yang minta di dahulukan … saya juga protes donk.. kok situ juga ndak mau antri.. sapa tau juga… kondisi di antrian depan mas juga ada yang sakitnya seperti yang ayah njenengan alami… sama sama saling mengerti aja.. misal butuh banget… ya periksa sendiri juga gak papa.. toh intinya periksa… masalah BPJS kalo antriannya banyak ya wajar toh.. yang sakit juga banyak kok… jadi mohon saling mengerti aja…

  4. Di kantor pake inhealth, pernah pakai 3x di RS meilia cibubur untuk anak dan istri, alhamdulillah pelayanan dokternya bagus dan prosesnya tidak berbelit2 langsng ditangani, tp sayang inhealthnya cuman diperpanjang sampe maret 2015, sehabis itu pakai BPJS.

  5. alhamdulillah sudah pakai kartu bpjs untuk berobat anak tepatnya rawat inap karena muntaber di RSI Jemursari Surabaya, pelayanan bagus kok, naik kelas karena memang pengen kenyamanan perawatan anak. ternyata setelah keluar RS tambahan biaya naik kamar tidak terlalu besar. cukup membantu kartu BPJS bagi kami PNS gol 2. mgkn memang beda sakit yang di tangani spt yang dialami ayah bro Ferry.. tapi semoga kedepannya pelayan BPJS lebih baik lagi dan seragam di seluruh indonesia. harapan saya sehh semoga kartu bpjs tidak terpakai alias sehat wal afiat amin.

  6. ah..bohong tuh,istri gue melahirkan operasi cesar pake bpjs.disambut&dilayani dgn baik layaknya pasien yg bayar 100%.jangan mau di bodohi&di bohongi dengan berita macam gini,BE AWARE BRO…..ingat rumah sakit yg kerjasama dan melayani bpjs dokter dapat insentif besar,justru rumah sakit yg tidak melayani pasien bpjs harus lebih berhati2 dgn kualitas pelayanan dokternya,wong gak dapet insentif

    • Rumah sakit yg kerjasama dan melayani bpjs dokter dapat insentif besar???!!!
      Data darimana tuh?
      Liat tarif INA CBG yg dipake bpjs, baru ngoceh…disitu bisa dilihat rendahnya jasa para dokter tersebut. Pasti counter lg: salah sendiri jadi dokter, jadi dokter ya harus ikhlas menolong sesama ga materialistic, gitu kan? Emang dokter bukan manusia yg juga butuh makan dan menghidupi keluarganya? Pendidikannya saja susah dan lama, itupun bayar sendiri ga dibayarin pemerintah. Untuk jadi dokter umum saja sekitar 6th, spesialis 4-5th. Tolong hargailah mereka….

      • DOKTER ITU DISUMPAH UNTUK MENGABDI DAN MENOLONG PASIEN TANPA PAMRIH! NAMUN BANYAK DOKTER YANG MATREALISTIS MELUPAKAN SUMPAHNYA , MASALAH KULIAH MAHAL ITU SUDAH MENJADI RESIKONYA SENDIRI KAREANA MEMILIH JURUSAN TERSEBUT.

  7. tergantung prvidernya… tergantung dokternya….. kalau ada kasus… lapor sja yang detil dan lengkap…. pasti dokter dan RS nya kena sanksi…. BPJS Kesehatan cukup punya kuasa kok… Saya pengkritik paling keras dan paling sering kirim komplain… tapi saya dukung BPJS Kesehatan….

  8. Klo keluhannya di otak bisa ke Rs pusat otak dekat kantor BNN cawang jaktim. Survei dulu ke sana tanya detail dan prosedurnya. Apkh bpk agan bs dirawat dg baik dg fas bpjs di sana. Ini atas dasar pengalamam ibu mertua saya yg sdh dlm kondisi parah akibat sakit diabetesnya. Demam, kejang dan kaki msh infeksi parah. Di sana kondisi ibu berhasil distabilkan dg proses penanganan cepat dan teknologi canggih, di ruang ugd. Namun krn ibu tdk ada komplikasi menyangkut otak maka RS merujuk ibu saya ke RS Fatmawati. Dan pilihan ini tepat krn Fatmawati punya treatment woundcare yg melekat pd pelayanan RS dg fas BPJS. Semoga info ini bguna dan bpk nya agan jg bisa lekas sembuh. Aamiin..

  9. mama sy jg pernah alami hal yg tdk enak krn pakai bpjs di rsud “t” di jakpus di usir pulang stlh di rwt 6 hr tanpa operasi penyambungan tulang patah dg alasan ruang operasi nya penuh dlm wkt tdk jelas ( ketika minta list ruang operasi tdk diksh) !! ttp stlh byr sktr 17 jt lgs dlm 2 hr ruang operasi nya kosong !!!

  10. Namanya bayar cuma 120rb sebulan pengen manfaating fasilitias ratusan ribu sampai jutaan.. Bayarnya juga ga rutin.. Ngaca dulu deh, kalau ente sebagai PNS udah ga korupsi waktu kerja, korupsi cuti pake surat dokter, kerja udah bisa bener ga males2an.. Baru lu komplain.. Omdo!!

    • Mohon maaf saya ikut bergabung share sebagai pasien BPJS. Alhamdulillah kalau penggunaan alur prosedur dijalankan oleh peserta bpjs jkn dgn pihak Rs nya baik tidak ada masalah.Sebagai karyawan swasta dengan kondisi sakit CA Serviks ST 2A untuk kalangan menengah kebawah sprt sy sangat membantu, memang harus lebih bersabar dalam antrian dan daftar tunggu tindakan yang akan diberikan pihak Rs. Dari faskes 1 klinik Mandiri Bina Medika, lanjut ke faskes 2 saya ditangani di RS. Pemerintah (Rs. AL-Ikhsan Bandung. kemudian rujuk ke faskes 3 dirujuk ke Rs. Santosa Kb. jati Bandung untuk proses operasi dan sekarang masih menjalani Radioterapi lanjutan di Rs. Santosa kopo Bandung untuk dua sampai tiga bulan kedepan, Alhamdulillah di sini juga dilayani dengan baik. Saya hanya membayar selisih biaya Rs dan obat di Rs. Santosa Kb. Jati setelah rawat inap dan operasi Sekitar Rp. 46.500,- + obat Rp.183.000,-. Dan saya ucapkan terima kasih untuk terutama Rs. Santosa Kb. Jati yang prosedure bpjs yang lebih simple dan daftar tunggu tindakan yang tidak terlalu lama dan selalu sehari sebelumnya saya di telphone pihak RS, walaupun jatah saya untuk kamar rawat inap kelas 1 tapi karena sudah diusahakan penuh terus saya harus kebagian kelas 2, Alhamdulillah yang penting tidak mengurangi proses tindakan atau waktu yang lebih lama lagi. Saya minta doa dari saudara2 sekalian untuk ikhtiar penyembuhan saya semoga Allah senantiasa meridhoi semuanya. Dan semoga untuk Rs yang belum menjalankan proses pelayanan untuk pasien peserta bpjs jkn yang masih belum sesuai bisa lebih baik lagi kedepannya untuk meningkatkan kesehatan di NKRI yang kita cintai.

1 Trackback / Pingback

  1. Share pengalaman nyata dengan BPJS, tidak selalu bernasib malang!malah happy ending! | mario devan Blog's

Monggo dikomeng gans..