Trotoar di pakai papan reklame, mau digeser karena ganggu jalan lha kok si empunya main pukul saja….Ya dipolisikan saja

image

Ini cerita seseorang sebagai pejalan kaki yang mencoba menertibkan sebuah papan reklame yang mengganggu jalan pedestrian. Awal mula si pemilik sudah diberikan pengertian namun sudah lama tak diindahkan. Suatu saat karena kondisi terdesak maka si pejalan kaki menendang papan reklame tersebut hingga roboh. Nah melihat kejadian ini si pemilik reklame naik pitam dan main pukul saja. Dan kejadian Pemukulan ini berlanjut ke meja kepolisian.

Berikut kisah lengkapnya mantemans :

Goklas Oyasujiwo Poetranto
Antara Pedestrian, Plang, Pukul dan Polisi
Pemukulan terhadap Pejalan Kaki

Sabtu, 28 November 2014 sekitar pukul 12 siang,
saya dan 4 anak saya seperti biasa berjalan menuju minimart terdekat. Kali ini dengan membawa stroller dengan si bayi bungsu duduk di dalamnya. Seperti biasa pula, kami harus melewati trotoar menuju sana.

Trotoar ini sayangnya selalu dipasangi sebuah plang iklan toko refill tinta printer. Ini trotoar sempit, tidak ada perbedaan ketinggian sehingga motor bisa leluasa mengambil jalur ini, masih pula dipasangi plang iklan besar menutupi penuh badan trotoar. Kalau mau lewat, ya harus masuk badan jalan raya.

Sudah berulangkali kami mencoba sampaikan bahwa pemasangan plang iklan itu menyalahi aturan dan mengorbankan hak pejalan kaki, pengendara sepeda, dan lainnya. Pertama, dengan bicara baik-baik. Kedua, dengan mencoba memberi solusi penempatan yang baik : tidak menyalahi aturan dan mengorbankan hak orang lain, tapi tetap terlihat dari kedua arah jalan. Ketiga, masih berulang, kami geser ke arah dalam dengan melambai tangan. Terus, selama berbulan-bulan tidak ada perubahan. Selalu saja plang itu melintang memenuhi badan trotoar.

Pulang dari minimart dengan 4 anak dan kantung belanjaan plus stroller sudah cukup butuh konsentrasi extra. Plus, saat itu lalulintas sedang padat, dan pengendara motor seringkali masuk ke trotoar. Cukup sulit. Masih lagi, ada plang iklan besar ini. Kami terjebak beberapa waktu di situ, menunggu traffic yg tidak kunjung sepi. Gampang sebetulnya bila tak ada plang iklan ini.

Saya coba geser, ternyata sekarang diberi pemberat batu besar. Mungkin karena sudah sering digeser-geser. Saya coba geser lagi supaya minimal stroller bisa lewat. Tetap tak bisa. Akhirnya, saya tendang plang iklan itu. Robohlah. Sang empunya toko pun keluar sambil bertanya, ada apa?

Ya ampun, jadi selama ini yang kami sampaikan tidak pernah diperhatikan toh. Saya jawab, “Ini trotoar untuk pejalan kaki, bukan untuk iklan. Ini menghalangi jalan orang” lalu saya tinggal dia. Saya pikir sudah cukup jelas untuk kesekian kalinya.

Tiba-tiba, leher baju saya ditarik dari belakang, dan saya merasakan hantaman di punggung saya. Kata anak saya dihantam dengan sikutnya. Spontan, pikiran saya satu, lindungi bayi di stroller. Ini traffic padat. Gimana kalau lepas kendali dan tertabrak. Jadi saya pasang posisi ‘cover-up’. Melindungi stroller dan kepala. Ternyata itu tak menghentikan dia. Kalap, saya dipukuli berkali-kali…di kepala, bahu, punggung, entah berapa kali. Saya maju terus saja mendorong stroller dengan posisi merunduk. Yang penting si bayi selamat dulu. Saya dengar anak-anak menjerit dan menangis minta tolong. Jalan sedang ramai, jadi seketika itu juga, banyak orang menghampiri kami dan memisahkan kami.

Saya segera mengantar anak-anak pulang. Anak-anak tidak berhenti menangis di rumah. Kebayang sih, mereka menyaksikan aksi kekerasan tepat di depan mata mereka kepada orang terdekat mereka. Istri saya hendak menghampiri orang itu, karena ini bukan kali pertama kami bicara soal ini. Anak-anak mencegah sambil memeluk keras ibunya. Akhirnya urunglah berangkat.

Akhirnya kami putuskan untuk lapor ke polisi. Saya dan anak sulung saya sebagai saksi, menuju Polsek Jagakarsa di Jalan Timbul dan diterima baik oleh petugas di sana. Saya dimintai keterangan dan dibuatkan surat laporan. Selanjutnya seorang petugas polisi akan menjemput pelaku, ia meminta anak saya ikut untuk menunjukkan pelakunya.

Pelaku datang disertai keluarganya. Yang menemui saya adalah istrinya duluan, sempat menyebut beberapa nama orang daerah situ dan lain-lain. Saya bilang, urusan saya dengan suami anda, kalau anda mau bicara, bicaralah dengan istri saya.

Setelah itu tinggal saya, pelaku, dan petugas kepolisian berwenang di ruangan.

Terimakasih kepada para petugas berwenang atas kerjasamanya, kami mengapresiasi apa yang telah anda lakukan. Kami berharap, pelanggaran seperti ini bisa ditindak tegas.

Pelajaran untuk kami dari sini : Jangan pernah takut! Kalau sudah menyangkut kepentingan umum. Setiap pelanggaran harus diingatkan. Memang ada resiko. Tapi bisa kita hadapi bersama-sama. Jangan sampai karena didiamkan jadi merajalela. Mendiamkan bisa jadi merestui, dan akan menular makin banyak.

Jangan takut, nak!
Takutlah hanya kepada Allah.

Terimakasih cintaku Iput Sitifitriyah yang sudah mendampingi dengan ‘cadas’ di peristiwa ini
Timeline Photos · Sunday at 4:14pm ·
View Full Size · Send as Message · Report Photo

Menyadarkan kesalahan orang itu memang tidak mudah kawans, semoga si empunya reklame sadar akan kekeliruannya. Pedestrian hak pejalan kaki masbrow…..

Posted from WordPress for BlackBerry Z3tia1heri

Baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5684 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

30 Comments

  1. saya kenal sama yang dipukul nih….tapi yg bikin malu di foto tetep ada pengendara motor yg lewat trotoar….sadar dong woi….

  2. pengen tau, sama polisi diapain itu orang. jangan cuma hukum penjara, keenakan makan gratis. suruh kerja rodi,

Monggo dikomeng gans..