Aku berkelahi dengan ‘bapak’

Camera 360Entah apakah aku ini bisa dikategorikan sebagai anak durhaka atau tidak. Seorang anak yang dibesarkan tetapi tega berkelahi dan bertengkar hebat dengan bapaknya. Tetapi situasi saat itu memang saya harus mengambil tindakan secepat kilat menyambar badai agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.  Ya aku memutuskan untuk melawan ‘bapak’ dengan dibantu emak. Kok bisa kang ceritanya gimana ?

Kejadian ini terjadi sebulan yang lalu ketika bapak mengeluh sakit dan harus opname di salah satu rumah sakit swasta di bumi Angling  Dharma. Selama 2 hari opname ternyata bapak diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya namun karena hari itu sudah sore maka disarankan oleh dokter untuk pulang besok pagi saja. Maka kamipun berembug bersama untuk teknisnya pulang esok hari dengan rencana rental  mobil yang ada disekitar rumah sakit.

Sore itu ane pun bergegas mencari informasi terkait rental mobil dengan nanya petugas parkir dirumah sakit. Setelah ngobrol ngalur ngidul dan kepastian mobil maka ane pun kembali ke kamar dimana bapak opname. Ketika ane kembali ke kamar ternyata bapak sambat kalau badannya terasa kedinginan. Menurut emak, sehabis dari kamar kecil bapak mengeluh badannya kedinginan meskipun ketika ane pegang badannya justru malah terasa panas.  Ane kwatir apa mungkin bapak masuk angin sehingga kipas angin yang ada diruangan langsung ane matikan setelah ijin dulu dengan pasien satu ruangan dengan bapak.

Meskipun dua selimut telah melilit tubuhnya dan juga didekap oleh  Emak, bapak masih menggigil dengan hebat sambil meringkuk. Ane pun segera memanggil suster yang jaga sore itu dan diberi resep untuk segera membeli obat di apotik. Ane langsung berlarian menuju apotik untuk membeli obat yang dimaksud dan setelah itu langsung ane kasihkan bapak untuk diminum. Setelah minum obat ternyata kondisi bapak semakin menggigil dan tidak terkontrol gerakan tubuhnya.

Nah dalam keadaan tak terkontrol ini saya lihat mata bapak menjadi merah melotot dan gerakan-gerakan tubuh menunjukkan bukan kebiasaan bapak yang selama ini ane pahami. Maka ane pun menyuruh bapak untuk nyebut marang Gusti dan itupun diikuti oleh bapak. Tapi anehnya mimiknya seperti robot dan pandangan matanya merah serta tajam. Dan tindakan bapak semakin liar dengan mencabuti selang inpus serta memaksa ingin pulang sore itu juga. Darah segar muncrat dimana-mana serta kondisi kondisi kamar acak-acakan.

Ane pun punya rasa sepertinya yang ane hadapi ini sepertinya bukan bapak ane yang sebenarnya. Maka ane pun sekuat tenaga membekap bapak dengan dibantu emak. Bapak semakin tidak terkendali dengan  kaki menendang-nendang hingga emak terpental karena berusaha memegangi kakinya. Ane pun berjuang habis-habisan tenaga memegangi bapak sendirian sambil membacara do’a –do’a ringan yang diajarkan Kanjeng Nabi  lewat para Kyai yang ane pernah menjadi muridnya. Bapak semakin tidak terkendali hingga suster memanggil petugas keamanan untuk membantu ane menenangkan bapak.

Sepuluh  menit itu ane berjibaku melawan ‘bapak’. Tenaga bapak yang cukup kuat membuat ane kudu menguras tenaga habis-habisan untuk menandinginya. Mulut ane pun tak henti-hentinya komat-kamit membaca surat-surat pendek yang ane hapal.  Bahkan ane membentak ‘bapak’ agar segera keluar dan tidak mengganggu karena memang tidak ada urusan dan beda alam. Alhamdulillah bapak sudah mulai terkendali meskipun ane tetap memegangi kedua tangannya.

Samar-samar terdengan adzan maghrib dari masjid bersamaan dengan masuknya 2 petugas keamanan meskipun tidak sampai membantu memegangi. Kondisi bapak sudah mulai tenang meskipun  badannya masih terasa kaku terutama tangannya. Maka ane pun memintanya untuk mengendorkan syarafnya dengan tetap ane memegangi keningnya . Dengan tetap membaca do’a do’a tadi ane mencoba mengajak ngomong bapak meskipun masih setengah tidak sadar.

Ane mencoba memijat seluruh badan bapak terutama pada tengkuknya. Dalam kondisi setengah sadar tadi bapak bercerita tentang apa yang terjadi namun dengan versi yang berbeda. Ane dengan emak hanya tersenyum  karena beda sudut pandang penceritaan..xixixi. Seraya memijati ane tetap membaca surat-surat pendek dan Alhamdulillah dua jam setelah itu bapak bisa muntah. Setelah muntah inilah kondisi bapak menjadi sadar secara sempurna dengan baju yang basah oleh keringat dan badan yang terasa pegal dan capek karena habis berkelahi dengan ane sore tadi.

Sebenarnya ane bingung terkait postingan ini, namun tak apalah semoga menjadi pelajaran bersama ketika kita menghadapi situasi dan kondisi yang memaksa seperti ini. Ane tidak tahu kondisi bapak yang tak terkontrol itu apakah pengaruh obat dari kondisi dingin menjadi tiba2 panas ataukah ada yang ‘lewat’ maklum kata orang jawa kondisi sore itu wayahe surup.

Demikian kawan cerita bagaimana latar belakang ane yang harus berkelahi dengan bapak. Semoga cukup satu kali ini dan tidak terulang lagi dikemudian hari. :- (

Maturnuwun

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5685 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

15 Comments

  1. sama dengan kisah saya dalam 1 bulan ini mas…bapak saya dirawat 10 hari di icu baru bisa sadar…lanjut ke ruang vip 12 hari trus baru bisa pulang…
    anehnya waktu di rumah sakit tiap habis magrib langsug berubah..,ngamuk2..teriak2 gak jelas…nyabutin selang oksigen, infus sampe darahnya ngucur…
    tali rangkep 2 juga percuma karena tiap ngamuk dengan gampang banget diputus…
    tiap ngamuk gak jelas selalu saya rangkul bapak..saya ajak istigfar….n kalo beliau tidur..saya dzikir sebanyak banyaknya di deketnya sambil saya perdengarken ayat2 ruqyah n ayat2 suci lainnya….
    tenaganya kuat banget waktu ngamuk padahal berdiri aja gabisa…..
    semoga bapak sampean juga lekas sembuh mas….

Monggo dikomeng gans..