Ngedit foto sejarah, etiskah ?

Bagi warga Surabaya tentu pernah melihat foto-foto antara Presiden RI pertama Ir. Soekarno dengan Ir.  Wisnu Wardhana (ketua DPRD Kota Surabaya) yang tersebar disudut-sudut Kota Surabaya. Kalau tidak salah ‘foto pencitraan’ ini bersamaan datangnya untuk menyambut Hari Pahlawan 10 Nopember kemarin. Sebenarnya Wisnu Wardhana sendiri sudah seringkali ‘photo session’ sesuai dengan  tema-tema moment tertentu seperti berpose seperti wali (berjubah putih dan bersorban putih) maupun pahlawan (memakai baju2 pahlawan). Sayang waktu itu ane tidak sempat mempotretnya.

Nah pada momen kali ini Wisnu Wardhana sedang berkreasi atau manipulasi dengan foto sejarah. Foto yang diambil merupakan momen ketika Bung Karno bertemu dengan Presiden Rusia Nikita Khusrcev di Bali tahun 1960.  Politisi Demokrat ini menggantikan posisi Nikita Khurscev sehingga seolah-olah yang bersangkutan sedang berbincang-bincang dengan Presiden Soekarno.  Bahkan dalam pose ini, ketua DPRD Kota Surabaya ini mengklaim sebagai Ketua Laskar Anti Korupsi Jawa Timur.

Focus ane sebenarnya lebih ke editan foto sejarahnya. Bagi orang yang tidak tahu atau belum pernah melihat fotonya pasti akan bertanya-tanya. Siapakah foto yang sedang bersanding dengan Bung Karno itu sebenarnya. Dan orang waras pasti akan menafikan kalau Ir. Wisnu Wardhana pernah bersua satu meja dengan tokoh proklamator tersebut.  Gambar editannya hitam putih sehingga sempurna untuk mengelabuhi masyarakat yang melihat.

Ane tidak paham motif apa kemunculan gambar ini. Meskipun niatnya baik seperti tulisan yang terpampang , “Ketegasan, Keberanian dan Kejujuran Bung Karno adalah Obor Perubahan di Negeri ini”. Namun ane justru kwatir adanya pengaburan atau manipulasi foto sejarah ini.  Secara langsung memang tidak ada yang protes dengan keberadaan banner ini meskipun di dunia maya tidak sedikit yang mencibir aksi ‘nampang doank’ ini.

Beda cerita bila diberikan penjelasan siapakah foto yang direplace ini. Atau kalau yang ditonjolkan tulisannya diatas maka ane pikir tidak harus mengedit foto sejarah.  Lebih baik dan elegan bila foto yang bersangkutan disandingkan dengan founding father ini semacam foto-foto kampanye itulah 😀 . Hal ini tentu berbeda persepsi dan asumsi bagi masyarakat.

Maturnuwun

sumber foto asli gogling disini

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5684 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

13 Comments

  1. kalo nurut saia, jangankan yang ginian, sekadar nempelin foto tokoh terkenal sebagai latar belakang dari foto seorang balon/calon peserta pilkada aja gak sopan banget. tokoh besar ditaruh di latar belakang bisa berarti tokoh itu yang mengabdi dan melayani si balon/calon, kedua, sang tokoh besar itu dicatut nama besarnya, seakan-akan si balon/calon ini benar-benar menerapkan nilai2 sang tokoh…….

    eh sekarang ada lagi foto norak banget kayak gini. meskipun semua orang pasti tau orang2 seperti itu gak pantes bersanding, disamakan, atau bahkan sekadar dianggap pengikut sang tokoh, prihatin aja betapa orang2 besar zaman dulu gampang banget dimanipulasi saat2 ini, bukti bahwa kita memang sudah tidak menghargai jasa para pendiri negara ini. bukti lainnya adalah jika kita menuntut baliho tersebut, misalnya dimusnahkan lantas menuntut pembuat dan pemasangnya meminta maaf, mereka pasti berdalih/berkilah bahwa tidak ada aturan yang melarang. ya emang gak ada aturan yang melarang memanipulasi pahlawan, karena emang sengaja gak dibuat aturannya

  2. calon sekarang cuma nampilin baliho, banner, billboard mukanya doang, image dirinya, masyarakat akan salut klo yang dipampang hasil kerja nyatanya, tanpa harus diperlihatkan foto narsis dirinya besar2 klo memang orang tersebut memiliki dedikasi pasti masyarakat mengenalnya. Masyarakat harus cerdas, sekarang jangan lagi mau pilih calon pemimpin model yang selalu mengkampanyekan diri dengan memajang tampang gede2. yang begituan reject aja.

    Apalagi saat kampnye samapai jijik saya, lihat foto, tiang semua muka2 calon pejabat yang engga tahu hasil kerjanya apa….najis!…

    untuk wakil kita terhormat di DPR, tolong juga jika ingin studi banding jangan cuma studi banding logo palang merah….coba studi banding bagaimana seharusnya model bangunan sekolah yang layak, klo standar kita saja masih standar lesehan, engga perlu studi banding….

    emang bener negara kita tercinta ini negeri autopilot

  3. aduuuuuhhhhhhh… ini orang serius ya mengira kita bisa dibuat terpesona dgn pasang baliho kyk gitu? merasa direndahkan sekali saya, dikira bisa dibujuk dgn gambar gituan doang

    ini WW yg kpn hari nyalon bupati di Lamongan (atau Bojonegoro ya?) dan kalah itu ya?
    yg memotori penggulingan bu Risma dan gagal juga itu ya?

  4. kemaren pernah nyeletuk ma bini masalah in….. baru pencitraan aja pake editan, gimana kalo sudah diserahi tanggung jawab, bisa diedit semuanya dah…. wakakakakakakakakak

    Politics is sucks!!

  5. “Lebih baik dan elegan bila foto yang bersangkutan disandingkan dengan founding father ini semacam foto-foto kampanye itulah :-D” setuju nih..

    tetapi klo memang niatnya untuk kebaikan kenapa tidak ?! 🙂

    nice info… thanks..

Monggo dikomeng gans..