Surabaya Gender Award 2011 : Stop Trafficking

Surabaya Gender Award 2011 : Stop Trafficking

Surabaya kotane rame

Akeh uwong sing teko mrene

Jare arep golek dhuwit gedhe

Jebulane mung dadi kere

Arek saiki wis wani ngedol kancane

Gak athek mikir dosa lan akibate

Jaman saiki cumak seneng nguber dunyo

Malah lali karo sing kuoso

Itulah sepenggal kidungan yang dibawakan salah satu peserta Festival Surabaya Gender Award (SGA) tahun 2011 yang dilaksanakan tanggal 14-16 September 2011. Berbeda dengan konsep-konsep sebelumnya maka SGA pada kali ini mengambil tempat outdoor yakni Taman Flora Surabaya a.k.a Kebun bibit.  Selain itu media sosialisasi tidak terpaku pada beberan seperti sebelumnya tetapi lebih inovatif lagi dengan  ‘bergandengan tangan’ ura-uri budaya lokal Jawa Timuran yaitu Ludruk Suroboyo.

Surabaya Gender Award (SGA) merupakan momentuk pemerintah kota Surabaya untuk ajang sosialisasi sekaligus evaluasi tentang pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) di Kota Surabaya. Setiap tahun tema yang disajikan berbeda dengan melihat isu strategis dimasyarakat. Tahun ini isu trafiking di Surabaya cukup menghiasi surat kabar. Oleh karena itu tema TRAFIKING diangkat pada SGA tahun 2011.

SGA diikuti oleh 31 kecamatan se-Kota Surabaya. Nominasi Festival SGA 2011 terdiri dari Kecamatan Responsif Gender (1 pemenang), Kecamatan dengan Penampilan Ludruk terbaik (juara I,II,III dan Harapan I,II), Kecamatan dengan Tari Remo terbaik (1 pemenang), Kecamatan dengan cerita terbaik (1 pemenang) dan Kecamatan dengan yel-yel terbaik (5 pemenang non gelar).

Pada akhir Agustus 2011 semua kecamatan sudah menyerahkan berkas form evaluasi PUG sebagai salah satu persyaratan administrative. Selain itu ketika pertemuan teknis terakhir mereka harus membawa naskah atau cerita yang akan dipanggungkan ketika pelaksanaan SGA. Berhubung beragamnya potensi wilayah di kecamatan maka peserta ludruk yang maksimal berjumlah 15 orang ini ada yang dadakan, pemula hingga pemain professional yang pernah manggung disana sini. Its no problem yang penting tetap warga kecamatan yang bersangkutan.

Babak penyisihan dimulai hari kamis-jum’at, 15-16 September 2011 yang dibuka secara langsung oleh bapak kepala Bapemas KB, Dr. Ikhsan, S.Psi, MM. Setelah itu dilanjutkan permainan ludruk yang diawali berdasarkan nomor undian pertamax yakni kecamatan Gununganyar. Sebelum lomba ludruk dibukan dilakukan opening performance Karawitan dari SMKN 9 Surabaya. Tim Juri yang dilibatkan dalam penilaian selama babak penyisihan ini yakni Cak Hengky, Cak Ketut dan Cak Obenk dari Komunitas Seniman Surabaya.  Berhubung terbatasnya waktu maka durasi ludruk hanya 20 menit termasuk Tari Remonya.

Oia sebagai inpoh kawan, Seni Ludruk itu ada pakem-pakem diantaranya dibuka dengan Tari Remo, terdapat kidungan atau parikan (garingan, pos-posan, dangdutan,…). Bahasa yang dianjurkan adalah asli Suroboyo tetapi selama babak penyisihan kok saya tak mendengar ‘pisuhan khas’ Cuk Suroboyo..hehehee… Justru yang ane dengar dari salah satu peserta, ‘ Wis gak taek-taekan’ (terjemahan bebas : Tidak usah banyak alibi, alasan, bicara, ribet, dll…). Terkait iringan musik diserahkan sepenuhnya pada kreatifitas peserta, ada yang memakai organ tunggal, CD, gitar kentrung, alat-alat dapur maupun life gamelan.

Dalam permainan lomba ludruk ini terlihat beberapa kecamatan justru pemainnya pak camat dan pak lurah langsung. Hal ini membuktikan bahwa pak camat sangat memahami kondisi permasalahan dilingkungannya terutama terkait dengan kasus trafiking. Selain itu, ternyata ludruk bisa dimainkan siapa saja asal mau dan sudah melakukan persiapan sebelumnya.

Alur cerita trafiking dari peserta sebagian besar merupakan cerita penjualan anak (perempuan) sebagai PSK, penjualan bayi serta beberapa menyinggung terkait TKI. Bentuk-bentuk diatas memang tidak salah walaupun sebenarnya banyak jenis-jenis trafiking seperti pengemis, perkawinan, pornografi, PRT, kerja di jermal, pelabuhan dan penjualan organ tubuh illegal.

Hari Sabtu, 17 September 2011 merupakan babak final ludruk dan lomba yel-yel. Peserta yang memasuki babak final yakni kecamatan Sukolilo, Sawahan, Tambaksari, Rungkut dan Wiyung. Sedangkan lomba yel-yel trafiking diikuti semua kecamatan dengan durasi waktu tidak lebih 10 menit. Dewan juri pada hari puncak ini terdapat tambahan ning Tri Susantari. Salah satu anggota Pusat Studi Wanita Universitas Airlangga yang akan menilai kecamatan responsive gender.

Semua peserta berjuang sekuat tenaga dan banting tulang untuk mendapatkan perhatian dewan juri serta berharapa dapat memboyong tropi yang sudah dipajang didepan panggung. Semua dandanan biasa, kocak, norak serta ala warok juga ada di lomba yel-yel ini. Setelah seharian penuh mulai pagi hingga sore hari tiba saatnya dewan juri melakukan rapat besar untuk menentukan siapakah masing-masing jawara dari nominasi atas.

Sembari menunggu dewan juri menggelar rapat, maka peserta undangan penutupan disuguhi hiburan. Oia acara penutupan SGA 2011 ditutup langsung oleh ibu Walikota Surabaya Tri Rismaharini dengan menyerahkan hadiah berupa uang pembinaan, tropi dan sertifikat. Dan pemenangnya adalah..

  1. kecamatan responsive gender : Tandes
  2. kecamatan dengan tari remo terbaik : Tegalsari
  3. kecamatan dengan cerita terbaik : Sawahan
  4. kecamatan dengan penampilan ludruk terbaik ;juara I = Sawahan, II = Sukolilo, III = Wiyung, Harapan I = Tambak sari, H2= Rungkut
  5. kecamatan dengan yel-yel terbaik : 5 kec non gelar = Genteng, Simokerto, Rungkut, Tambaksari, Benowo

Selamat bagi para peserta semoga Kota Surabaya menjadi kota yang responsive gender dan tingginya kesadaran tentang trafiking mampu mencegah dan menangani  kasus-kasus yang selama ini ada.

Tuku daging ning wonokromo

Trafiking ayo dimusnahno

Mulane sing ati-ati njogo diri

Ben gak kenek glembuk mami mami

Trafiking ayo dibrasto

Awit iku mungsuh negoro

Ngedol arek isih remaja

Kudune di lebokne kunjuro

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5683 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

Be the first to comment

Monggo dikomeng gans..