Menuju 100 % OK : Catatan Diklat Prajab (4)
Nyuci-Nyuci Sendiri (optional) …
Ketika Prajab baik yang punya istri maupun tidak statusnya sama. Yakni sama-sama tidak ada yang mencucikan pakaian kalau kotor. Ditengah kesibukan menjalani prajab banyak peserta termasuk ane yang meluangkan waktu untuk mencuci baju sendiri. Sebenarnya disana sudah ada jasa laundy yang dikelola oleh kantin setempat.
Bagi yang tidak mau capek, repot dan punya uang tentu laundy adalah pilihan utama ditengah padatnya jadwal prajab. Pakaian wajib dalam diklat yaitu kemeja putih dan celana hitam serta training pack yang diberikan ketika registrasi awal. Berhubung ane tidak bisa dan biasa mencuci kemeja putih maka ane laundrykan aja. Sedangkan untuk kaos kaki, celana, celana dalam dan kaos dalam ane cuci sendiri 😀
Tarif cucian setiap potong antara 3000 hingga 3500 sehingga 1 (satu) stel pakaian kena harga 7500. Kalau seminggu cuci 3 kali maka bisa dikalikan sendiri tentu nominal yang fantastis. Bagi beberapa kawan nominal sekali cuci itu terlalu mahal dan harga tersebut sama dengan 2 porsi mie goreng…wkwkwk atau bakso plus minumnya :-P. Alternatifnya ya cuci-cuci sendiri. Selain lebih hemat dan bisa berolah raga tangan ditengah keletihan dan kebosanan hari-hari diklat.
Udara Malang yang dingin namun siang cukup panas membuat pakaian kadang cepat kering atau sebaliknya. Tetapi yang jelas selama 21 hari diklat prajab disana kami tidak menemukan guyuran air hujan sedetik pun sehingga pakaian cukup ditaruh diluar sampai kering tanpa takut turun hujan.
Tempat jemuran dibuat dengan sekreatif mungkin dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disana. Berbekal tali rafia dan selonkor kayu maka jadilah tempat jemuran. Toch yang penting pakaian cepat kering sehingga bisa digunakan esok harinya.
Hal yang perlu kami syukuri juga ketersediaan air yang melimpah ruah sehingga kami tidak kwatir kalau kehabisan air. Karena udara yang dingin menyebabkan beberapa kawan mandi hanya sekali sehari. Namun begitu bau badan tidak terasa karena memang tidak berkeringat walaupun habis olah raga sekalipun.
Pengalaman yang tidak mungkin di alami lagi, memang kalo hal seperti itu sebaiknya di nikmati aja suka dukanya, pasti akan menjadi cerita yang menarik di masa datang.
siiip, maturnuwun