Short Trip : Eksotika Bumi Ronggolawe

short trip di kota ronggolawe tuban

setia1heri.com –  Short Trip : Eksotika Bumi RonggolaweHari kedua ketika Pulang Kampung alias Birrul Walidain yakni minggu (15/5) secara agak mendadak ane memutuskan untuk melakukan perjalanan deket-deket saja atau short touring/trip di sekitar wilayah Tuban. Bumi Ronggolawe ini kawan merupakan tempat kelahiran ane walaupun begitu ane kurang begitu mengetahui keseluruhan wilayah Tuban. Maklum kampung ane ada di perbatasan dengan wilayah Bojonegoro jadi termasuk Tuban coret…wkwkwkwk 😛 . Selain itu, masa sekolah mulai tingkat SLTP dan SLTA ada di wilayah Bojonegoro.

Bersama tunggangan setia Sang Milestone ane dengan adik bungsu ane, Afdholatul Abdillah memulai perjalanan di minggu pagi sekitar jam 08.17. Oia short trip ini juga bermaksud menghibur adik ane yang mungkin lelah dan penat setelah mengikuti Unas tingkat SLTP beberapa waktu lalu. Tidak ada salahnya atau bahkan dianjurkan sebagai kakak sulung alias tertua untuk memanjakan sang adik tercinta. like this !… 😀

Sebelum berangkat ane sampaikan pada adik kalau kita akan ke Kota Tuban dengan tujuan Terminal baru Tuban, Pantai Boom, Masjid Agung Tuban, Makam Sunan Bonang dan Goa Akbar. Selain itu, rute yang akan kita lewati tidak seperti lazimnya alias siap-siap tersesat toh juga masih wilayah Tuban…hehehe. Sebenarnya rute normal menuju kota Tuban dari kampung ane adalah Soko, Rengel, Plumpang, Pakah, Semanding dan Tuban. Sedangkan rute tak lazim yang rencana ane mau lewati adalah Soko, Parengan, Singgahan, Montong, Kerek, Merakurak dan Tuban. Ide ini muncul untuk mengetahui kondisi dan seperti apa daerah tersebut. Ane sendiri belum pernah sekalipun lewat jalan tak lazim itu. Dan dugaan ane benar, eksotika hutan ketika melewati kecamatan Montong benar-benar memanjakan mata ane dan adik. Worted banget…

Ane tidak terlalu menggeber Milestone, hanya econo riding saja yakni antara 50-60 km/jam. Selain baru melewati jalan tersebut ane ingin menikmati perjalanan dan pemandangan di sekitar jalan. Di beberapa ruas jalan kecamatan Montong dan Merakurak agak macet karena warga punya gawe mantenan alias unduh mantu. Dan hampir setiap melewati jalan, Sang Milestone seperti artis. Selalu menyingkap dan menyita perhatian warga. Mungkin mereka selama ini tahunya hanya Bys*n, NMP dan Scor*io yang berkeliaran di jalanan sana.  Sang Milestone hanya pakai top box k35 dan sidebag saja tetapi mungkin bagi warga itu adalah sesuatu hal yang baru….xixixixi. Sayang gak ada yang minta foto bareng….hehehe (ngimpi : mode on).

Jam 10.17 ane dah sampai di Terminal Baru Tuban. Terminal yang berada di pinggir Laut Jawa ini baru diresmikan beberapa tahun yang lalu. Ane sama adik merapat sebentar dibibir pantai sambil beristirahat dan memandang hamparan luas Laut Jawa. Di belakang terminal sebenarnya ada wahana Wisata Laut tetapi kayaknya proyek yang mangkrak. Secara bangunan fisik sebenarnya sudah ada seperti area bermain, panggung hiburan dan beberapa konsep permainan yang lain. Setahu ane bangunan ini belum resmikan apalagi dipergunakan. Semak belukar dan rumput liar dengan senangnya bertumbuh riang diatas wahana yang belum dipakai ini…hehehehe. Oia masuk di belakang terminal ini Free Of Charge alias ndak pake bayar…

Jam 11.03 ane bergeser arah ke Pantai Boom. Dalam perjalanan  menuju Pantai Boom dari Terminal Baru ini kita akan lewat jalur utama pantura dan melewati Terminal Lama, Monument Pancasila dan Klenteng (kuil) Kwan Sing Bio. Jarak kedua tempat ini sekitar 4 km. Memasuki area Pantai Boom akan dikenai tiket plus sumbangan PMI sebesar 2000 perak saja dan kita bisa menikmati pemandangan laut dan semilir angin laut sepuasnya. Menuju ujung pantai Boom kita harus berjalan sekitar 1 km lebih dan disana sudah banyak orang yang juga berwisata. Ada yang bermain air laut, memancing, foto narsis atau hanya sekedar kongkow-kongkow sambil bercengkarama…hehehe. Ane sendiri sama adik juga tidak ketinggalan ikutan foto narsis 😛 . Di tempat ini juga tidak terlepas dari aksi vandalisme berupa ‘coretan dinding’ di bangunan cungkup berteduh. Sejarah Pantai Boom tidak terlepas dari zaman kerajaan dimana Tuban termasuk salah satu kota pesisir dan pusat persinggahan maupun perdagangan sehingga Pantai Boom ini semacam Bandar laut.

Jam 11.59 ane berganti kompas ke Masjid Agung Tuban untuk sekalian sholat dhuhur disana. Bangunan peninggalan para wali ini berdiri dengan megah dengan bangunan tuanya. Masjid yang sudah dipugar beberapa waktu lalu ini memiliki kubah berwarna-warni. Pengunjungnya senantiasa ramai karena letaknya berdekatan dengan makam Sunan Bonang. Sehingga kurang afdhol kalau berkunjung ke Makam Sunan Bonang tanpa berkunjung ke Masjid Agung ataupun sebaliknya. Oia letak Masjid Agung ini tepat berada di sisi baratnya Alun-Alun Kota Tuban.

Jam 12.27 kami berziarah ke leluhur dan sesepuh serta penyebar islam di Tanah Jawa ini yakni Sunan Bonang. Salah satu sunan diantara Wali Songo. Letak makamnya persis dibelakang Masjid Agung Tuban tetapi kita harus berputar lewat sebelah Selatan dulu untuk menuju makam. Berhubung hari minggu atau libur maka kondisi peziarah berlimpah ruah sehingga harus antri untuk menuju cungkup utama. Beragam niatan dan harapan orang berkunjung ke makam Mbah Bonang ini atau istilah kerennya Ngalap Berkah. Ane sendiri, hal ini kedua kalinya datang untuk berziarah dan berdoa sebagaimana do’a sesama muslim. Selain itu, juga mengingatkan bahwa suatu saat ane juga akan menyusul mereka cepat atau lambat sehingga perlu persiapan…hiks..hiks. Oia masuk kompleks makam Mbah Bonang tidak dikenakan karcis tetapi kalau mau sedekah sungguh diperkenanken dan dipersilahken bahkan di utamakan alias dianjurkan.…hehehe. Seikhlasnya….

Jam 13.11 ane menuju Goa Akbar setelah sebelumnya mengisi perut dulu di warung dekat Masjid Agung. Letak Goa Akbar tepat berada di belakang Pasar Baru Tuban. Bagi ane sendiri ini merupakan kunjungan P E R T A M A X…. 😀 . Setelah muter-muter akhirnya ketemu juga. Biaya karcis kena 2700 perak plus sumbangan PMI. Goa ini ditemukan belasan tahun yang lalu dimana sebelumnya dipergunakan sebagai pembuangan tempat sampah tetapi setelah diselidiki ternyata goa ini menyimpan eksotika yang sangat dahsyat. Di dalam gua kita akan dibimbing dengan tangga-tangga yang ada pembatasnya sehingga jangan kuatir tersesat. Kedalaman goa sekitar 10-20 m tetapi liku labirin didalamnya mencapai kurang lebih 500 m. Di dalam gua kita akan melihat beberapa petilasan atau tempat pertapaan (gak tahu bener ato enggak) beberapa tokoh kerajaan Jawa.

Di beberapa ruas jalan tercium dahsyat bau karporit atau belerang dan juga kotoran kelelawar kayaknya. Kondisi jalan lumayan licin sehingga kita harus berhati-hati kalau tidak ingin terpeleset. Selain itu tidak disarankan bertelanjang kaki apalagi telanjang beneran….hehehe. Sebelum keluar goa kita akan menemukan Musholla Baitul Akbar yang letaknya juga didalam goa juga. Di atas area goa terdapat arena bermain dan panggung hiburan. Dan juga toko kaos, manik-manik alias kerajinan khas dan juga berbagai oleh-oleh khas sebagaimana tersebar juga di sekitar jalan menuju makam Mbah Bonang.  Setelah puas dan pegal berjalan-jalan maka saatnya pulang…

Jam 14.13 ane menggeber Milestone keluar kota Tuban. Kondisi mendung tebal dan disusul hujan yang mulai turun dengan derasnya memaksa kami untuk minggir berteduh di sekitar jalan kecamatan Semanding. Sambil menunggu hujan reda saya bisa berbaring untuk melemaskan otot-otot yang pegal. Setelah hujan agak  reda ane melanjutkan perjalanan tetapi baru 10 menit berjalan hujan turun lagi. Akhirnya memaksa ane merapat lagi di warung dekat jalan dimana masih di seputaran Semanding sambil pesen teh hangat dan camilan. Uhh nikmatnya…. Oia sebelum pulang ane sempatkan mampir dipinggir jalan sekitar Manunggal untuk beli Enthal sebagai buah tangan. Mau beli legen tidak begitu suka apalagi Tuwak Tuban yang terkenal itu. Maklum bukan ahli nehik…xixixixi

Jam 14.53 hujan sudah reda beneran. Kami melanjutkan perjalanan melalu rute lazimnya yakni Semanding, Pakah, Plumpang, Rengel dan Soko. Dan sekitar jam 16.07 kami sampai di rumah kami yakni Desa Kenongo Sari, Kecamatan Soko- Tuban. Jarak Tuban hingga kampung ane sekitar 40 km. Demikian kawan Riding Report (RR) short trip ane yang tidak direncanakan. Monggo kawan kalau mau ke Tuban untuk menjelajah dan membuktikan eksotika yang sebenarnya…. (iklan : mode on) 😀

Next short trip selanjutnya adalah mengajak adik ketiga ane, Hightanil Fajri yang duduk di bangku SLTA untuk mengenal lebih jauh eksotika Bojonegoro. Entah kapan, semoga segera bisa mewujudkannya. Keep smile and familihood !

baca juga :

Comments

comments

Tentang setia1heri 5684 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri