Mencermati kontroversi tol tengah kota

Mencermati kontroversi tol tengah kota

Dalam beberapa bulan terakhir ini Desember 2010 hingga Januari 2011 di Kota Surabaya lagi panas. Padahal hampir setiap hari Surabaya diguyur hujan bahkan beberapa titik ada yang sampai banjir walaupun tidak lama. Panas disini adalah suhu politik. Salah satu penyebabnya adalah isu pembangunan tol tengah kota. Banyak pro dan kontra terkait isu ini. Bahkan wacana ini sudah sampai dukung-mendukung di tataran akar rumput. Tetapi persisnya berapa presentasi yang pro dan berapa yang kontra.

Sikap Walikota Surabaya sudah jelas dan tegas menolak keberadaan tol ini dengan segala argument dan dukungan kalangan tokoh masyarakat dan akademisi. Disisi lain, kalangan legislatif mendukung penuh keberadaan tol ini dengan segala alasan yang melatarbelakanginya. Bahkan Gubernur jawa timur juga menawarkan solusi alternative dengan membangun tol tengah kota diatas sungai Kalimas.

Isu tol tengah kota muncul untuk menanggapi momok kemacetan yang melanda kota terbesar kedua setelah Jakarta ini. Sebagai salah satu orang yang mengais rezeki di Surabaya, setahu saya mungkin yang paling macet diantara titik-titik macet yang ada adalah Jalur Utama jalan Ahmad yani. Jalan sepanjang 7 km ini kalau hari kerja yakni pagi hari dan sore hari bisa dikatakan pasti macet, kadang juga padat merambat. Oleh karena itu muncul ide dari beberapa kalangan untuk membuat tol tengah kota. Sebenarnya pemerintah Kota Surabaya telah membuat dua jalur disepanjang jalan Ahmad yani sebagai solusi kemacetan. Tapi kelihatannya masih belum difungsikan secara sempurna karena dibeberapa ruas jalan masih perlu penyesuaian. Disisi lain juga telah membangun ring road timur agar kendaraan tidak terfokus di sepanjang jalan ahmad yani.

Terlepas dari wacana pro kontra yang ada, memang perlu dibuatkan kajian dan penelitian ilmiah yang komprehensif dan independen tentang keberadaan tol tengah kota. Disini kita akan mengukur secara objektif dan jujur tentang urgensi dan disurgensi tol tengah kota. Dalam penelitian ini kita akan menggali nilai ekonomis, biaya social hingga secara sosiologis. Tol tengah kota memang terkadang menjadi sebuah solusi kemacetan akan tetapi dibeberapa negara diluar negeri keberadaan tol tengah kota justru memperparah kemacetan itu sendiri.

Berbicara biaya sosial maka akan ada ribuan rumah tergusur sepanjang proyek. Tentunya secara tidak langsung juga mengganggu ketenangan warga yang telah bertahun-tahun tinggal di sepanjang jalan tadi. Secara sosiologis akan dimungkin adanya pertambahan jumlah keluarga miskin ketika uang ganti rugi tidak cukup untuk membeli lahan atau rumah baru. Pencemaran udara juga tidak diragukan lagi keberadaanya.

Isu tol tengah ini juga tidak terlepas dari bau politis. Katanya Isu ini dan akumulasi isu yang lain akan dijadikan manuver untuk menurunkan satu-satunya walikota perempuan sepanjang sejarah itu. Wah tentu rakyat yang dirugikan lagi. Semoga hal ini tidak terjadi dan setiap pihak mampu berpikir jernih untuk membangun Kota Pahlawan ini dengan segenap hati.

Comments

comments

Tentang setia1heri 5685 Articles
Seorang Bapak dengan 3 anak. Suka jalan-jalan dan corat-coret tulisan perjalanan. Hobi berkendara menunggang roda dua. Tak paham kuliner namun tidak ada makanan yang dicela alias doyan semua...hehehe. Maturnuwun. follow twitter : @ setia1heri

Be the first to comment

Monggo dikomeng gans..